Rabu, 30 Januari 2013

Jodhaa Akbar


Tinjauan


http://multiply.com/mu/paulinaleibo/image/13/photos/upload/300x300/R-CzKwoKCCIAACQS3@Y1/jodha-akbar.jpg?et=aeLTzhelunykdKc5QujNyA&nmid=88887691
Kategori:
Film
Jenis
Romansa
Satu lagi film Bollywood yang patut ditonton bagi siapa yang tertarik dengan
hubungan antar iman atau keyakinan.Sudah lama film ini aku tonton bersama-sama teman akc jogja tapi baru sekarang sempat mengulasnya.

Film yang dimainkan oleh Hrithik Roshan sebagai Emperor Jalaluddin Mohammad Akbar dan Aishwaria Rai Bachchan sebagai Jodhaa. Karya yang brilian ini disutradarai oleh dari Ashutosh Gowariker..konon ini merupakan film kolosal terbesar yang pernah dibuat india.

Bercerita tentang sejarah kisah cinta Jodha dan Akbar, yang konon juga merupakan kisah nyata dan ada cerita katanya sang ayah jalaluddin Mohammad akbar adalah raja india yang mendirikan istana Taj Mahal bagi istrinya. Awal-awalnya memang lebih banyak perang serta cerita politik tersaji tapi memang itu latar belakang cerita ini, dan kenapa terjadi pernikahan 2 agama yang pada dasarnya tidak didasari pacaran dulu kayak jaman sekarang gitu tetapi karena politik mereka di haruskan menikah agar terjadi harmonisasi di kedua negara ini dan negara sekitarnya.Jalaluddin Mohammad Akbar adalah seseorang yang berlatar belakang muslim yang taat dan Jodha lahir serta besar di Keluarga Hindu yang taat juga..sekedar flash back aja india dari dulu mempunyai 2 agama terbesar yaitu Hindu dan Islam, kedua agama ini saling berseteru hingga terjadi perpindahan besar-besaran warga india beragama islam keluar hingga lahirlah pakistan.

Dalam Film ini kita akan melihat bahwa setiap agama ternyata mempunyai keindahannya sendiri-sendiri. Islam yang selama ini oleh Dunia barat dipandang sebagai agama kekerasan sangat jauh berbeda dengan apa yang ada di film ini, dimana ada salah satu adegan yang bercerita pada saat malam pertama Jodha dan Jalaludin, hubungan yang didasarkan perjodohan politik ternyata membawa perasaan kesal hingga Jodha tidak mau menjalankan kewajibannya sebagai istri sampai hatinya benar-benar bisa terima akan kehadiran Jalaludin, dan jalaludin pun berucap dalam islam tidak pernah terjadi pemaksaan kehendak...bagi para wanita yang nonton adegan ini so sweetlah...Dan adegan lainnya very touching saat istrinya menyanyikan Bhajan atau puji-pujian serta sesembahan di altar sembahyang, umat hindu mempunyai cara tersendiri untuk membuktikan kecintaannya pada Tuhan yaitu dengan bernyanyi lagu-lagu pujian, betapa takjubnya Jalaludin saat mendengar lagu puji-pujian serta cara bersembahyang Jodha, begitu juga saat Jodha melihat cara bersembahyang Jalaludin.
Dan Alhasil hubungan yang bermula hanya karena alasan politik berubah menjadi perasaaan sayang yg sesungguhnya, Akbar benar-benar jatuh cinta pada Jodha, seorang wanita yg berpikiran tidak perlu merasa takut terhadap kekuasaan suaminya.

Kesimpulanku bahwa Ternyata setiap agama itu mempunyai keindahannya sendiri-sendiri kalau kita bisa merasakan dan melihat, dengan begitu pada akhirnya kita bisa saling melengkapi dan belajar saling mengapresiasi

Wah, Ilmuwan Jepang Terkagum-kagum pada Riau, Mengapa?


REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU---Ilmuwan dari Jepang dalam melakukan penelitian emisi karbon memuji besarnya potensi lahan gambut di Semenanjung Kampar Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, sebagai yang terluas dan salah satu yang terdalam di dunia.
"Kesan saya terhadap gambut di Riau, sangat bagus karena luas dan mempunyai kedalaman untuk menyimpan karbon," kata Prof Toshihide Nagano dari Universitas Utsunomiya.

Nagano bersama sejumlah ilmuwan Jepang lainnya melakukan riset terhadap pelepasan karbon di lahan gambut yang dikelola untuk hutan tanaman industri di konsesi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Semenanjung Kampar. Penelitian itu rencananya berlangsung selama tiga tahun, sejak Juli 2012.

Menurut dia, kondisi gambut di Semenanjung Kampar sangat bagus untuk penelitian, bahkan lebih bagus dari yang ada di Thailand, dimana mereka pernah melakukan penelitian.
"Gambut di Thailand lebih sempit, jadi saya sangat berharap besar dari penelitian di Riau," kata Nagano.

Karena itu, para ilmuwan itu tidak tanggung-tanggung menginvestasikan alat pengukur karbon senilai Rp1 miliar untuk riset di Semenanjung Kampar. Alat itu bisa mengukur pelepasan CO2, kelembaban, ketinggian air dan suhu di lahan gambut secara periodik tiap satu jam.

Dari data itu, lanjutnya, bisa menunjukan kondisi ketinggian air gambut di lokasi HTI saat musim kemarau dan penghujan yang memperlihatkan berapa besar pelepasan karbon dalam kondisi yang berbeda.
"Saya berharap hasil riset ini bisa bermanfaat, khusus untuk perusahaan atau kalangan bisnis, semoga bisa digunakan untuk menyeimbangkan aspek pengelolaan lingkungan tetap dijaga dan peningkatan produksi," katanya.

Ketua Tim MRV (measurement, reporting and verification) Kementerian Kehutanan Prof Budi Indra Setiawan menyambut baik penelitian ilmuwan Jepang itu karena bisa bermanfaat untuk memastikan penghitungan emisi karbon di lahan gambut.

Ia mengatakan, penelitian itu menunjukan betapa besar kepentingan Jepang terhadap perkembangan industri kehutanan dan kertas Indonesia.
"Itu bisa dipahami karena Jepang sangat membutuhkan bahan baku dari kita untuk memenuhi tingginya permintaan kertas di sana. Kebudayaan Jepang tidak bisa lepas dari kertas, seperti dari tradisi origami hingga dari tingginya minat baca di sana," ujarnya.

Ia menilai, riset tersebut akan sangat membawa keuntungan dari kedua pihak dimasa depan.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Kusnan Rahmin mengatakan, membuka akses seluas-luasnya bagi semua pihak yang ingin melakukan penelitian mengenai tata kelola lahan gambut di area konsesinya.

Ia berharap, hasil riset itu bisa menjadi pembelajaran untuk perusahaan dalam meningkatkan aspek tata kelola lingkungan dalam hutan tanaman industri.
"Kalau hasilnya kurang bagus pun, kami akan terima dan akan digunakan untuk perbaikan kami," ujarnya.
Redaktur: Endah Hapsari
Sumber: antara