Sabtu, 13 September 2014

Bagai Mur dan Sekrup

Menjadi anak kembar bukan berarti  harus semuanya sama. Cika dan Lika adalah gadis kembar yang mempunyai hobi, sifat, kesukaan yang berbeda. Cika menyukai basket sedangkan Lika menyukai pramuka. Menurut Lika,  pramuka itu mempersiapkan diri menjadi manusia yang terampil dan berbudi, sedangkan menurut Cika, basket itu olahraga yang menyenangkan dan mengasyikan.
            Walau sering berbeda pandapat dan pandangan, mereka tidak pernah bertengkar alias akur-akur saja. Ketika Cika dalam masa-masa galau, Lika mencoba menghibur. Begitu pula sebaliknya. Mereka berdua benar-benar solid walau ada perbedaan dalam diri mereka.
            Suatu ketika Cika merasa iri kepada Lika. Menurut perasaannya, Lika mendapat perhatian lebih dari sang ayah. Memang perhatian ayah lebih kepada Lika tapi bukan berarti sang ayah melupakan Cika. Walau Cika berusaha melebur rasa iri kepada Lika tetap saja rasa iri itu tak bisa disembunyikan. Walau Cika tahu perhatian sang ayah semata-mata agar Lika nyaman dan melupakan sejenak penyakit yang dideritaya, tapi tetap saja  rasa iri itu ada.
            Lika membaca betul rasa iri Cika. Memang, Lika itu sakit tapi dalam sakitnya Lika tidak pernah ingin dimanja atau diperhatikan lebih karena munurut Lika jika hal demikian terjadi pasti ada hati yang merasa iri dan tersakiti. Lika sebenarnya selalu merasa bahwa sang ayah memberi perhatian lebih kepadanya, sering kali Lika berbicara kepada sang ayah untuk tidak bersikap istimewa kepadanya karena Lika tidak enak hati kepada Cika, sering kali pula sang ayah tak menghiraukan ucapan itu. Menurut sang ayah perbuatan itu semata-mata rasa kasih sayangnya kepada anak.
            “yah, Lika nggak mau terlalu diistimewakan oleh ayah, kasian Cika pasti Cika merasa iri.”
            “ayah tak pernah memberikan yang istimewa, ayah hanya khawatir, ayah hanya ingin….”
            “hanya apa yah? Hanya karna Lika punya penyakit lemah jantung? Jadi ayah mengistimewakan Lika? Yah, lika ngggak mau diistemewakan! Lika mau seperti Cika yang nggak pernah ayah larang, bebas melakukan apa yang dia mau. Lika ingin mengikuti pramuka seperti yang lain tanpa harus dilarang ngggak boleh ini itu!”
            “ ayah hanya khawatir, apa salah?”
            “ ayah memang ngggak salah tapi Lika lah yang salah karena Lika punya penyakit kaya gini!”
            Dengan menangis, Lika pergi ke kamar lalu mengunci pintu kamarnya.
Memang semenjak Lika sakit sang ayah mengawasi semua ruang lingkup Lika dan melarang Lika untuk ikut kegiatan pramuka. Ayah khawatir dengan kegiatan pramuka yang terkenal cukup menguras tenaga itu  mempengaruhi kesehatan Lika. Terlebih lagi semenjak Lika sakit dia tidak boleh kelelahan karna bisa berdampak pada kesehatannya.
“Lika buka pintunya woyyy, aku mau masuk  nih mau ngerjain tugas matematika!”
“ masuk aja ndak di kunci ko!”
“tadi kenapa marah-marah sama ayah? Pasti karena aku yah? Lika, kan sudah aku bilang jangan hirauin aku lagipula tadi aku musam itu bukan karena sikap istimewa ayah ke kamu lagi tapi karena nilai aku.”
“ah masa sih gara-gara nilai? Lika ngak percaya tuh, masa seorang Cika pusing dengan nilai?”
“terserah deh mau percaya apa ngak yang jelas sikap kamu tadi ngebuat ayah nangis tuh di kamar! Besok harus minta maaf lho.”
***
Keesokan harinya ketika sarapan Lika meminta maaf kepada sang ayah atas kejadian semalam karena tak seharusnya Lika bersikap seperti itu dan Lika berjanji kepada sang ayah bahwa Lika tidak akan menentang sang ayah lagi.
“yah, Lika sama Cika berangkat dulu yah.”
“hati-hati di jalan ya,”
“iya ayah, assalamualaikum..”
“waalaikumsalam”
Setibanya di sekoah, Cika yang semalam katanya ingin mengerjakan tugas matematika tapi tidak jadi, akhirnya menyotek kepada Wulan anak yang cukup pintar di sekolahnya (kegiatan ini jangan ditiru yahhhh).
“Lan minjem buku matematinya dong,”
“oh iya ini bukunya. Emangnya semalem kamu ngak ngerjain yah? Kenapa?” Tanya Wulan dengan suara pelannya
“ketiduran. Aku mau nyalin dulu, kamunya diem aja yah”
Kecepatan tangan Cika ternyata hebat dalam waktu 15 menit bisa di kerjakan dengan tulisan yang rapi (tapi ini bukan untuk di contoh ataupun ditiru yah). Bel masuk berbunyi dengan sikap tenang Cika menuju bangkunya. Jam pertama diisi oleh pelajaran bahasa arab. Maklum sekolah Lika dan Cika adalah Sekolah Islam jadi ada pelajaran bahasa arabnya. Menurut Cika bahasa arab itu sedikit lebih mudah dari pada bahasa inggris. Kalau menurut Lika sih sama aja toh sama-sama bahasa asing. Di pelajaran bahasa arab Cika lumayan pintar, kalau ada PR atau tugas bahasa arab, Cika tidak pernah menyontek. Ternyata hari ini ada ulangan dadakan bahasa arab. Seisi kelas panik bukan main karena tak ada pemberitahuan sebelumnya juga karena belum pada belajar bab yang akan diulangkan.
“ah elah cuma ulangan bahasa arab aja pada panik.”
“sombong kamu Cika.” Kata Restu
“ngatain aku sombong ngak aku bantu nih.”
Seperti biasa ketika ulangan bahasa arab Cika yang menjadi tempat menyonyek, tapi ketika pelajaran lain yang tak dikuasai Cika, ia juga minta bantuan kepada temannya yang jago saling bantu gitu.
“Cika apa itu?” tegur  bu Ratna
“ini bu, saya lagi sedekah kan katanya orang hidup itu harus banyak sedekah (sambil memberi kertas jawabannya kepada temannya)”
Bu Ratna hanya geleng-geleng dan tersenyum karena bu Ratna sudah tau sikap Cika. Walau dilarang berulang kali tapi tetap saja tak pernah di dengar.
***
“Cika, tadi itu ngak boleh kaya gitu!”
“kenapa sih emangnya? Toh bu Ratna juga ngak marah?”
“Tapi kan ngak baik ngasih contekan, membatu dalam keburukan dan menyontek.”
“iya, iya bu haji.”
‘jangan Cuma iya iya aja, tapi dilakuin juga dong.”
“insyaallah jika hati dan diri mau yah.”
Mungkin sudah ratusan kali Lika mengingatkan Cika tentang kelakuan buruknya itu tidak baik tapi ratusan kali pula Cika mengganggap itu hanya angin lalu saja. Guru-guru yang sudah tahu sifat Cika ketika ulangan dianggap Lika salah, seharusnya seorang guru itu memberi nilai-nilai yang baik kepada muridnya bukan malah membiarkan muridnya menyontek ataupun menjadi tempat untuk dicontek. Tapi Lika cukup salut dengan ibu Fatmawati guru bahasa Indonesia. Karena bu Fatmawati tidak pernah pandang buluh, siapa yang salah harus dihukum dan tidak membenarkan tradisi menyontek kepada anak didiknya. Maka dari itu ibu fatmawati amat disegani oleh Lika namun untuk teman-teman Lika sikap ibu Fatmawati itu menjengkelkan dan menyebalkan.
***
Cika keluar kelas untuk suatu keperluan ke kamar mandi. Saat itulah,  lagi-lagi Cika mulai melakukan kegiatan usilnya kepada teman-temannya, bukan teman perempuannya tapi teman laki-lakinya. Ketika ada anak laki-laki keluar kamar mandi, Cika dengan sengaja menyelangkat kaki anak laki-laki itu. Dengan tampang mata melotot anak laki-laki itu berterik kepada Cika.
“apa-apan ini? Salah apa aku? Ko kamu nyelengkat aku?”
“kenapa,? ngak suka? Marah?”
“dasar cewek liar!”
“siapa yang cewek liar? Dari pada kamu anak manja.”
Anak laki-laki itu berjalan menjauhi Cika. Cika pun hanya cekikikan atas ulahnya tadi. Cika terus cekikikan dikelas sampai-sampai ditegur oleh Lika.
“kamu kenapa cekikan mulu dari tadi? Adakah yang lucu di pelajaran ini?”
“tidak, hanya saja aku sedang memikirkan muka anak laki-laki yang tadi aku  selengkat. Mukanya itu.. ya ampun kalau kamu liat pasti akan tertawa terus. Mukanya itu seperti mau marah tapi mau nagis juga hahaha..”
“kamu buat ulah lagi? Cika, udah aku bilangkan jangan buat ulah lagi, jadilah seperti layaknya wanita jangan kaya laki-laki. Allah itu ngak suka sama wanita yang berpakaian dan perprilaku seperti laki-laki dan sebaliknya.”
“siapa juga yang bersikap kaya laki-laki, tadi itu Cuma iseng aja ko.”
“tapi iseng kamu itu bisa buat orang celaka.”
“maaf ni Lika, tadi kan aku niatnya cerita sama kamu bukan untuk minta pendapat atau solusi kamu dan itukan cerita aku, kalau kamu ngak suka ya udah kenapa diperdebatin kaya gini?”
“aku ngak bermaksud untuk memperdebatkan cuma mengingatkan aja.”
“kamu udah sering mengingatkan aku dan aku udah hafal banget sama pesan-pesan kamu jadi ngak usah mengingatkan lagi ataupun ceramahin aku lagi! Udah cukup bosen aku mendengar kata-kata nasehat kamu lagi.”
***
Ketika istirahat Cika dipanggil oleh kepala sekolah. Suasana  yang seharusnya tegang bisa dicairkan oleh Cika. Maklumlah guru-guru dan kepala sekolah sudah mengenal sifat Cika, lebih-lebih karena Cika sering berulahdan prestasinya yang bagus jadi cukup terkenalah Cika di kalangan guru dan kepala sekolah.

“tadi waktu kamu ke toilet, kamu apain si Dandi?”
“ngak saya apa-apain pak.”
“yang bener?”
“beneran deh pak.”
“yaudah panggil dulu sana Dandi nya suruh temuin bapak tapi kamu balik lagi kesini.”
Langsung saja Cika bergegas menanggil Dandi yang sedang berada di kantin sekolah. Dandi yang sedang menyantap mie goreng, kepalanya di di dorong ke depan oleh Cika. Sontak Dandi berdiri dan menatap Cika dengan tatapan kesal.
“udah ngak usah melotot kamu, ngadu apa kamu sama kepala sekolah? “
saya ngak ngadu apa-apa sama kepalah sekolah.”
“dasar anak aduan kamu! Dicariin tuh sama kepala sekolah suruh nemuin dia sekarang.”
Dandi bergegas  menemui kepala sekoalah, sedangkan Cika menyantap mie goreng dikantin. Dandi yang datang sendirian langsung ditanya oleh kepala sekolah dimana Cika. Dandi bilang Cika ada di kantin, sedang menyantap mie. Melalui jendela, kepala sekolah melihat Cika yang sedang makan dan kepala sekolah hanya geleng-gelang kepala.
***
Keusilan Cika tak berhenti sampai disitu, setiap ada yang ulang tahun dan berniat untuk diceploki, Cika sudah siap untuk ikut-ikutan walau Cika tidak mengenal orang yang dia ceploki. Karena keusilannya itu ketika Cika ulang tahun orang-orang yang diceploki Cika membalaskan dengan hal sama. Walau pun Cika tak pernah memberitahu kan tanggal ulang tahunnya tapi entah mengapa orang-orang itu tahu, mungkin karena Cika adalah saudara kembar Lika dan orang-orang itu tahu tanggal ulang tahunnya Lika dan pastilah anak kembar itu lahirnya sama dan ternyata benar. Pada tanggal 22 September (hari ulang tahun Cika dan Lika), Cika di ceploki dengan telor, tepung terigu, air kolam ikan dan pokonya ulang tahun Cika merupakan ulang tahun terheboh di sekolahnya. Tak terbayangkan betapa bau,kotor dan lengketnya Cika.
“huaaaa bau banget nih, badanku.”
“makanya kalau ada yang ulang tahun  jangan ikut-ikutan ceplokin, jadi kena sendiri kan akibatnya, bau dah tu badan ihhhh.”
“tapikan aku Cuma ikut-ikutan aja, ko mereka balesnya sadis banget sih.”
“udah sana mandi sabunya udah disiapin 2 tuh sama ayah hehehehe.”
“setelah mandi kamu sama Lika ke rumah bude Ratna yah, ambil pesanan ayah.”
“iya yah.”
Acara mandipun selesai tapi badan Cika masih saja bau amis padahal sudah 2 sabun Cika pakai untuk membersihkan dirinya tapi tetap saja bau amis di tubuhnya masih tercium. Walau bau amis dalam tubuhnya masih tercium, Cika tetap cuek dan langsung bergegas ke rumah bude Ratna untuk mengambil pesananan ayah.
***
Sesampainya dirumah bude Ratna, bukannya mengambilkan pesanan ayah malah sibuk mencari mengharum ruangan karena ruanggannya bau amis.
“bude jahat banget sih.”
“jahat kenapa? bude cuma menyemprotkan pengharum ruangan karena ruangan ini bau amis. Ini juga supaya kamu nyaman.”
“tapi sikap bude itu buat aku tersinggung.”
“tersinggung kenapa?”
“Cika itu tersinggung karena bude nyemprotin pengharum ruangan terus, karena bau amisnya itu dari badan Cika yang tadi abis diceplokin sama temen-temen satu sekolah.”
“maaf Cika bude tidak tahu, yasudah bude ambilkan pesanan ayahmu dulu kalian tungggu disini.”
Cukup lama juga Cika dan Lika menunggu bude. Ketika bude kembali, bude membawa dua bungkusan kata bude bungkusan yang hitam itu pesanan ayah sedangkan yang putih itu ramuan untuk menghilangkan bau amis di badan Cika. Bude tidak mau besok ketika disekolah Cika diolok-olok oleh teman-temannya karena bau amis itu. Cika dan Lika pun berpamitan kepada bude Ratna dan mengucapkan terimakasih untuk ramuannya.
                                                            ***
          Hari ini ada ulangan bahasa Indonesia. Seperti biasa Cika akan memulai aksinya untuk menyontek. Padahal Cika itu bisa namun hanya malas dan alasannya untuk bahasa Indonesia adalah kertas soal-soalnya kaya Koran, lebar dan bacaannya panjang.
            “kamu lagi ngapain Cika!” Tanya bu Fatmawati
            “biasa bu dapet sodakoh dari temen.”
            “kembalikan lagi sodakoh itu. Atau nilai kamu ibu buat 0?”
            “iya bu, ini saya kembalikan lagi sama orangnya.”
“istirahat kamu temui ibu dikantor.”
Baik Bu.”
***
Bel intirahat berbunyi, dalam hati Cika takut menghadap ke bu Fatmawati namun jika tidak menghadap Cika takut nanti orang tua akan dibawa-bawa. Akhirnya dengan memberanikan diri Cika menemui ibu Fatmawati.
“maaf bu, ada apa ibu menyuruh kesini?”
“duduklah. Ibu tidak suka dengan sikap ngeleneh, cuek dan masa bodoan kamu. Ibu lihat beberapa guru pun takluk dengan kamu , entah karena mereka tahu sifat kamu atau apa. Tapi ibu mau kamu itu mandiri, maksud ibu adalah kerjakan ulanganmu sendiri, percaya diri jangan mengikuti teman. Jika anak Indonesia begini semua mau dibawa kemana Negara ini? Bagaimana nasibnya dikemudian hari? Apakah ingin yang menderita tetap menderita dan yang kaya makin kaya? Semua tentang masa depan Negara ini ada ditangan para pemudanya. Jika masih kecil saja pemudanya berani untuk korupsi (menyontek) bagaimana nanti jika sudah menjadi pemimpin? Apakan ingin menjadikan Indonesia sebagai Negara korupsi. Itu keinginan kamu?”
“bukan itu bu keinginan saya, yang saya inginkan adalah dari ujung Sumatra sampai ujung Papuan semuanya mendapatkan fasilitas pendidikan yang memadai.”
“kalau kamu inginkan hal itu ayolah jangan menyontek lagi dan jangan pernah menyepelekan tugas ataupun ulanganmu.”
Baik Bu saya pikir-pikir dulu deh, Bu. Bisa nggak ya saya  bertekad untuk tidak menyontek lagi dan belajar semaksimal mungkin. Saya sudah boleh istirahat ya. Bu? Saya lapar nih!”
“ya sudah!” jawab Bu Fatmawati sambil geleng-geleng kepala.
***
Manusia memang seharusnya mau mendengar nasihat orang lain. Karena nasehat adalah ilmu yang kita dapat dari  banyak orang sebab nasehat itu datang bukan hanya dari satu orang. Kini Cika baru menyadari betapa dirinya betul-betul banyak diperhatikan baik oleh Lika, orangtua dan gurunya.
Kini Cika tidak pernah menyontek lagi semua ulangan dia kerjakan sendiri. Hasil yang tak pernah diduga menghampiri hidupnya. Cika berhasil mendapat nilai UN tertinggi di sekolah bisa di bilang nyaris sempurna. Kesuksesan Cika tak lepas dari perhatian keluarga dan guru-guru yang senantiasa memotifasinya untuk menjadi manusia. Manusia yang bermanfaat untuk sekelilingnya.

Kisah Cika dan Lika bagaikan mur dan sekrup yang berbeda tetapi saling melengkapi dan membutuhkan. Mereka saling menyayangi satu sama lain dengan memberi perhatian supaya saudaranya saling menjadi pengingat ketika mereka sedang lalai.

*SUDAH PERNAH DIKIRIM

Ramadhan Datang, Prestasi Oke

Bulan ramadhan sudah di depan mata, persiapan apa yang sudah kalian lakukan? Membuat kue? Beli baju baru untuk hari raya? Mendata siapa saja yang nanti dimintai uang? Pertanyaannya adalah bagaimana dengan prestasi kalian?
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia  prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
Prestasi di bulan Ramadhan? Sepertinya biasa-biasa saja tidak meningkat dan tidak menurun juga. Nilai akademik sama saja hanya saja rasa kantuk yang sering melanda.
Apakah prestasi hanya ukuran untuk nilai akdemik?  Sayangnya, penulis tidak akan membahas prestasi akademik di bulan ramadhan tapi prestasi non akademiknya.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagi kamu berpuasa sebagiamana telah diwajibkan bagi orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa” (QS Al-Baqarah:183)
Pasti pada tahu dan hafalkan surat ini.  Lantas apa hubungannya dengan prestasi? Ingatkah ketika dulu kita masih kanak-kanak, dimana kita dilatih berpuasa dengan berbuka ketika mendengar adzan dzuhur. Secara bertahap orang tua kita menambahkan satu jam untuk waktu kita berbuka sampai kita benar-benar puasa satu hari. Masih ingatkah dengan masa itu? Bukankah itu suatu prestasi?
Prestasi dalam hal ibadah, pelatihan berpuasa secara bertahap yang di lakukan oleh orang tua. Orang tua memainkan perannya.  
Bahkan sampai sekarang cukup banyak dijumpai orang tau yang melatih anaknya berpuasa dengan cara seperti itu. Selain itu orang tua juga memberikan nasehat tentang bulan ramadhan.
Anak-anak yang dilatih berpuasa dengan bertahap hingga akhirnya berpuasa satu hari, itu namanya prsetasi dalam hal ibadah. Jadi prestasi bukan hanya akademik kan? Bukan hanya nilai matematika tinggi, sejarah nilainya tingga ataupun nilai-nilai lainnya.
Cukup ironis memang, karena yang terlintas adalah prestasi itu adalah mendapat juara umum di kelas, jago matematika, sedangkan prestasi dalam hal ibadah cukup sedikit yang diacungi jempol.
Prestasi, oke! Masih banyak prestasi lainnya yang bisa kita dapatkan di bulan ramadhan. Di bulan-bulan biasa mungkin kita sering marah, kurang bisa menahan emosi, sering berkata kotor kepada teman dengan memanggil dengan panggilan tertentu, berdusta dan lain hal.
Pernahkan kita temui hal-hal itu di bulan ramadhan? Memang masih ada tapi sedikit ke kontrol, mungkin karena hal ini.
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila seseorang  daripada kamu sedang berpuasa pada suatu hari, janganlah berbicara tentang perkara yang keji dan kotor. Apabila dia dicaci maki atau diajak berkelahi oleh seseorang, hendaklah dia berkata: Sesumgguhnya hari ini aku berpuasa, sesungguhnya hari ini aku berpuasa” (H.R Bukhari-Muslim)
Atau karena mereka takut puasa mereka sia-sia dan hanya menahan haus dan lapar tanpa mendapat pahala.
“Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: Barangsiapa tidak meniggalkan ucapan dusta dan berbuat jahat (padahal dia berpuasa), maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minum.” (H.R Bukhari)
Bukankah di bulan ramadhan jarang kita temui orang-orang yang berkata kasar, berdusta, berbohong dan perilaku buruk lainnya, kalau pun ada tidak sesering sebelum atau sesudah bulan ramadhan. Itu menandakan adanya prestasi perubahan ke arah yang lebih baik di bulan ramadhan.
Di bulan ramadhan banyak kita jumpai oarang-orang yang meramaikan masjid, sholat tepat waktu khususnya, padahal sebelum belum ramadhan sholatnya bolong dan baru sholat ketika disuruh.
Jujur, memang suasana ketika bulan ramadhan dengan bulan lainya berbeda. Di bulan ramadhan kita semangat sekali beribadah, jika yang berhasil menggapai hidayah bulan ramadhan maka kenikmatan ibadah itu akan terus berlanjut tapi jika hanya hangat-hangat tahi ayam, maka selepas hari raya kembali kepada kebiasaan awal.
Sholat tepat waktu dan lima waktu bukankah itu prestasi? Terlebih jika di bulan selain ramadhan untuk ibadah saja harus di suruh oleh orang tua atau orang tua harus marah-marah dulu. Terlebih lagi jika sholat berjamaah di masjid, berarti telah ada suatu interaksi dan sosialisasi.
Di bulan ramadhan biasanya banyak sekali kegitan seminar, tadarusan di masjid dekat rumah atau kegiatan kerohanian lainnya. Ramadhan sebagai bulan penempa, pemproses sebuah  diri menjadi diri atau pemuda islami yang qur’ani.
Seminar cukup menjamur ketika bulan ramadhan. Seminar bukan hanya tempat kita duduk dan mendengarkan begitu saja isi seminar tapi diluar itu ada tugas yang kita emban. Tugas dimana kita yang harus menyampaikan langsung kepada masyarakat. Hubungan dan sosialisasi kita lakukan.
Kawan, ketika kita datang ke seminar, bukan hanya kita saja yang menikmati ilmu baru itu. Seminar itu di katakan sukses jika orang yang ikut dalam seminar-seminar itu melakukan tindakan langsung dan menyampaikan kepada masyarakat. Seperti pesan berantai.
Rutinitas yang paling sering dilakukan ketika bulan ramadhan adalah target tilawah. Kadang kita menargetkan untuk tilawah satu hari itu satu juz jadi ketika bulan ramadhan selesai kita sudah khatam.
Yang perlu diingat adalah target tilawah untuk wanita. Wanita tidak cukup satu hari hanya satu juz. Bukan bermaksud membedakan tapi wanita di beri keistimewaan lebih oleh Allah, di beri waktu libur. Jadi, setidaknya dua sampai tiga juz per hari.
Lagi-lagi pertanyaan yang muncul adalah, seberapa produktifkah kita ketika bulan ramadhan? Ada saja orang-orang yang menghabiskan bulan ramadhan dengan sia-sia. Maksudnya mereka berpaku dengan rutinitas tidur. Seharusnya rutinitas itu di jauhkan sejauh-jauhnya dari pikiran kita.
Kawan, bulan ramadhan itu bukan waktunya untuk bermalas-malasan dengan alasan karena sedang berpuasa tapi, seharusnya kita padatkan dengan kegiatan yang syarat akan manfaat.
Mungkin tidur bisa membantu kita tapi ada hal lain yang mampu dan ampuh untuk di lakukan ketika bulan ramadhan. Apa itu? Tilawah, sholat wajib dan sunah, dan membuat suatu rutinitas di rumah.
Rutinitas itu bervariasi, tergantung dari diri individu masing-masing. Yang terpenting ketika bulan ramadhan produktifitas tidak menurun. 
Kawan, pernahkah kalian membuat jadwal bulan ramadhan? Jadwal yang berisi kegiatan apa saja yang akan kalain lakukan ketika bulan ramadhan, termasuk target-target kalian. Target tilawah, target hafalan, dan target-target lainnya.
Jadwal yang bisa membuat kalian bisa disiplin di bulan ramadhan. Jadwal yang membuat kalian penuh dengan optimisme dengan bulan ramadhan. Jadwal yang menjadi pengingat kalian.
Ironi yang melanda pemuda saat ini adalah rutinitas menunggu waktu adzan magrib. Mereka lebih memilih jalan-jalan, bersafari mengitari makanan, nongkrong di mall, suatu kegiatan yang tidak bermanfaat tentunya. Dimana letak produktifitasnya? Jelas tidak ada.
Seharusya waktu-waktu seperti itu dimanfaatkan dengan baik. Dengan cara bisa membantu orang tua menyiapkan makanan berbuka. Membantu atau menyediakan makanan untuk orang yang sedang berpuasa itu mendapat pahala lho.
“Barangsiapa menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, niscahya ia akan mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun” (H.R Ahmad dan An Nasai)
Bulan ramadhan juga identik dengan sholat tarawih. Bagiamana dengan sholat tarawih ramadhan kemarin? Masih mau bermalas-malasan dan bermain bola bekel ketika sholat tarawih? Atau sholat tarawih kilat?
Seminggu atau dua minggu awal ramadhan, masjid-masjid masih ramai dengan jamaah yang sholat tarawih tapi memasuki hari ke dua puluh satu shaf jamaah semakin maju. Ada apa dengan muslim saat ini?  Dimana mereka ? Seharusnya sholat tarawih itu tidak bolong karena hanay dilakukan di bulan ramadhan dan tidak kita temui di bulan lainnya.
Dimana prestasi oke nya jika yang sholat tarawih makin hari semakin maju shaf nya. Katanya, ramadhan datang, prestasi oke? Jika prestasi oke, maka tugas kita adalah tetap menjaga sholat tarawih kita sampai hari terakhir bulan ramadhan.
Kawan, bulan ramadhan bulan tempaan dan bukan bulan untuk bermalas-malasan. Masa mau pahala yang Allah berikan disia-siakan begitu saja. Bulan ramadhan adalah bulan produktifitas .
Di bulan ramadhan juga kita bisa menempatkan diri dalam masyarat. Contoh kecilnya adalah kuliah subuh. Kita tahu betapa sulitnya bangun untuk sholat subuh, tapi di bulan ramadhan alasan itu tidak berguna.
Kita sahur sebelum subuh dan ketika sahur usahakan jangan tidur lagi. Ketika adzan subuh berkumandang kita bisa bergegas ke masjid atau mushola dekat rumah. Mengapa kuliah subuh bisa menjadi ajang menempatkan diri dalam masyarakat?
Kita sering kali sibuk dengan kerjaan kita, sekolah, atau hal-hal yang lain yang terkadang membuat kita lupa akan sosialisasi kepada masyarakat. Kuliah subuh bisa dijadikan ajang itu, itu baru contoh kecilnya. Bisa juga dengan sholat tarawih, tapi jika berbicara tantangan yang lebih maka kuliah subuh jawabannya.
Berbicara tentang Ramadhan Datang, Prestasi Oke! Keberhasilan sosialisasi kita kepada masyarakat merupakan prestasi juga lho. Apalagi jika kita mempunyai sikap yang mudah bergaul dan membaca situasi, jadi bukan hanya urusan manusia dengan Allah yang terlaksana dalam bulan ramadhan tapi juga hubungan manusia dengan sesama manusia.
Ramadhan datang, prestasi oke. Hal yang saling berkaitan bukan.terkadang kita cukup lengah karena selalu di doktrin prestasi itu akademik dan sekarang saatnya keluar dari doktrin itu. Prestasi tidak hanya akademik tapi juga non akademik.
Bulan ramadhan adalah bulan produktif bukan bulan untuk bermalas-malasan. Prestasi harus oke dan harus ada peningkatan dari tahun-tahun, bulan-bulan, atau hari-hari sebelumnya.


Sabtu, 14 Juni 2014

GARA-GARA ROHIS #2


KETENANGAN ITU BERNAMA ROHIS

Masa remaja, masa yang galau galau nya, kebimbangan melanda para remaja apalagi remaja yang ababil. Kegundahan akan jati diri sempat menghampiri  Dewi. Hampir seluh ekstra kulikuler di sekolah, pernah Diikuti oleh Dewi, namun hasilnya nihil. Semua ekskul itu tidak memberi rasa cocok di hati Dewi, hingga suatu hari ada seorang teman yang baru saja masuk Rohis dan bercerita betapa serunya rohis itu. Hati Dewi mulai gusar akan ucapan temannya itu namun Dewi masih belum yakin.
Ucapan kawannya itu  masih saja berputar-putar di kepala dewi, sungguh perasaan yang aneh. Awalnya Dewi masih mengorek informasi dari temannya itu, tapi lama-kelamaan rasa penasaran itu makin kuat ditambah lagi ketika hari jum’at selalu saja ada kakak kelas yang menginformasikan akan kegiatan rohis yang khusus untuk perempuan. Sangat jarang dewi lihat ekskul lain seperti itu, bayangkan setiap pekan memberikan informasi dan mengajak agar datang dan tak pernah lelah. Sempat beberapa kali Dewi mengintip kegiatan itu, tapi masih saja ragu untuk memantapkannya.
Hingga suatu hari ada kedua temannya yang ingin masuk rohis juga, diberanikan langkah kaki dewi menuju tempat itu. Sungguh sambutan hangat yang tiada pernah dipikirkan dewi. Ketika itu ternyata agenndanya itu membuat kreasi dari makanan, sungguh seru walaupun ketika awalnya harus dihadang dengan mengapa memilih rohis, mengapa mau masuk rohis. Dewi menyerentakan jawabannya dengan kedua kawannya yang lain, maklum saja Dewi masuk rohis karena rasa penasaran dan dia pun belum tahu mengapa karena dia masuk rohis.
Untuk minggu-minggu ini, dewi hanya baru mengikuti kegiatan rohis keputrian dan mentoring Bta saja sedangkan yang pokok yaitu rohis bersama murabbi belum. Alasannya sepele, karena ketika awal masuk muncul berbagai paradigma tentang murabbi  rohis, jadi agak gimana gitu untuk mengikuti agenda sang murabbi.
Setelah satu bulan mengikuti rohis barulah dewi mengikuti rohis dengan snag murabbi, walaupun awalnya agak canggung tapi lama-kelamaan juga akan terbiasa. Maklumlah ketika dewi masuk rohis itu kira-kira ketika semester genap, ditambah ketika semester itu gur-guru kelas sembilan amatlah sibuk, maka tak jarang sang murabbi tak datang namun ada kak Alwi dan kawan kawan yang  menjadi murabbi sementara.
Walaupun bisa dibilang ketika itu jadwal rohisnya amatlah kacau, yang siang hanya rohis beberapa menit saja dan yang datang pun tak seberapa. Tapi rasa penasaran masih bersarang dalam benak Dewi. Pertanyaan ketika awal dia masuk rohis masih belum terjawab. Untuk apa dia masuk rohis? Apa alasanya? Pertanyaan itulah yang mendorong dewi tetap aktif di rohis.
Suatu dilema memang, ketika awal tahun ajaran baru, yang memantapkan hati di rohis hanya beberapa orang saja, kalau tidak salah akhwatnya hanya empat orang. Bukan anak rohis namanya kalau hanya karena hal itu pesimis. Anak rohis anti pesimis.
“Dewi kenapa, kok mukanya ngak bersahabat gitu?” tegur kak dina ditengah lamunan dewi
“ini loh kak, ko yang tertarik di rohis Cuma sedikit yah? Galau tau,” jawab Dewi dengan lesu.
“kenapa harus galau? Ini kan baru permulaan, tak menutup kemungkinan jika beberapa waktu kedepan anggota ini akan bertambah, optimislah,” seru kak Dina dengan senyum manisnya.
“bingun atuh ka,” keluh kesah dewi
“bingung kenapa?”
“apa rohis masih dipikir sampingan ya kak? Atau demo ekskulnya kurang keren?”
“demo ekskul kemaren keren kok, pake banget malah. Bukankah rohis datang dengan keikhlasan? Kenapa harus memaksa seseorang harus ikut rohis?  Siapa tahu walaupun mereka sedikit tapi mereka penuh dengan keikhlasan, bukankah itu yang kita cari?”
“semua pertanyaan kakak aku jawab iya, tapi iri kak lihat ekakul lain peminatnya banyak banget, aku gundah,”
“loh kenapa harus iri? Jangalah iri, kan sudah diberi takarannnya masing-masing, mungkin sekarang takaran kita sedikit tapi esok ataupun lusa kita tak pernah tau mungkin akan bertambah, percayalah kepada kuasa Allah SWT,”
“iyap, harus semangat.”
Mentari mulai menampakan sinarnya dan bemberikan senyuman kepada setiap insan manusia. Pagi ini tatapan baru, asa baru, kehidupan yang baru, dan semangat yang baru akan dimualai. Memang tak ada yang istimewa hari ini namun sudah ada tekad dalam diri Dewi, sebuah tekad yang amat sangat membara.
“aduh ada yang senyum-senyum aja nih? Kalau punya kebahagiaan bagi-bagi dong?” celetuk Rita
“ini aku bagi kebahagiaannya,” menebar senyum ke Rita
“ihhhh bukan bagi-bagi senyum maksudnya,” jawab Rita
“terus bagi-bagi apa? Kan sneyum itu kebahagian?” tanya Dewi dengan sedikit bingun
“berbagi cerita maksudnya, berbagi cerita itu menyenangkan. Ayolah berbagi.” Jawab rita dengan penuh antusias.
“Rita kepo banget sih, mau tau bangeettt apa?”
“ihhhh Dewi, serius nih, dewi gitu sih, ngak temen nih,”
“jangan marah kakak, ade minta maap hehehe. Aku itu tadi senyum-senyum karena lagi coba memikirkan program rohis atau kegiatan rohis apa yang bisa buat nambah anggota, lagi coba di pikirkan satu-satu, eh malah ngak sengaja keingetan waktu rujakan bareng sama mereka.”
“rujakan? Emang ada? Keren banget deh,”
“iya ada, tapi waktu itu yang rujakan Cuma sedikit, eh yang laki-lakinya Cuma dua orang aja,”
“terus apa yang seru?”
“ihhh itu belum kelar tau ceritanya,”
“ohhh, yaudah terusin dong,”
“jadi waktu rujakan itu ada yang berebutan sambelnya, ambil-ambil buah temennya, ada yang Cuma liatin doang karena lambungnya nak bisa di ajak kompromi, terus ada suruh ngabisin gitu, ihhh pokonya lucu deh,”
“apanya yang seru dan lucu? Itumah biasa,”
“karena Rita ngak ikut kegiatannya jadi Rita ngak bisa ngerasain serunya gimana!” pergi menilkan Rita
“yah jangan marah gitu dong Dewi,”
Mungkin semuanya ngak bakal peduli kalau dewi bercerita tentang rohis, mungkin mereka akan bersemangat kalau denger kabar dari korea, inggris dan kawan-kawan, tapi giliran rohis, kenapa cuek? Kenapa dipinggirkan? Kenapa? Rohis itu keren, rohis itu pinter, ibadah jalan prestasi juga jalan, kenapa seperti dipojokan? Ahhh aku lelah, sudah terlalu sering aku menyerah, sudah terlalu banyak airmata untuk rohis, aku tak bisa begitu saja meninggalkan rohis, arti sesungguhnya rohis masih belum aku temukan, semuanya masih hitam, masih belum ada titik terang, ini tekadku, harus!
“dewi kenapa? Kok nangis lagi? Kan kakak udah bilang sama dewi jangan nagis di depan kakak, jangan pesimis ataupun menyerah” sapa kak Dina nengagetkan lamunan dewi
“eh kak Dina (menyusap air matanya). Dewi ngak nagis kok, nih liat ngak ada air mata kan?” jawab dewi berusaha menutupi kesidihannya.
“udah lah ngak usah bohong sama kakak, bohong dosa loh?  Dewi nangis kenapa sih?” tanya kak Dina sambil memegang pundak dewi
“biasalah kak, ada sedikit insiden tapi yah sudah terlupakan kok sama dewi. Oya kak nanti kita keputrian kan? Materi, games, atau hasta karya?” tanya dewi penuh antusias
“ada deh, dewi kepo deh hehehe” ledek kak Dina
“ihhh kakak mah gitu,” (memasang wajah cemberut)
“jangan marah ade, kakak hanya berguara ja, ada deh pokonya, kalau mau tau nanti dateng aja deh, pasti dijamin seru kok,”
“sip deh kakak, dewi masuk kelas dulu ya ka, assalamualaikum kakak cantik”
“waalaikumsalam adikku sayang,”
Langkah kecilnya mengiringi keceriannya, tak ada lagi gundah, semua sirna seketika. Ketika kesedihan melanda, kak Dina datang sebagai pelipur lara. Ketika kekuatan itu hilang, rohis memberikan semangat agar kekuatan itu kembali. Di kala benteng bertahanan akan roboh, prajutir rohis dengan sigap mempertahankan benteng itu, sungguh suatu kesatuan yang takkan pernah terpisah dan takkan bisa di temukan dimanapun.
Berl sekolah berbunyi, dengan langkah terburu-buru, Dewi berlari menuju ruangan yang biasa di pakai untuk keputrian. Masih sepi memang ruangan itu namun terasa ramai ketika dewi melangkah penuh dengan ke ikhlasan. Anak laki-laki telah di giring untuk melaksanakan sholat jum’at, kini waktunya keputrian dimulai. Ternyata hari ini agendanya curcol atau curhat colongan atau lebih kerennya itu shering.
Penuh antusia ternyata, satu sama lain tak mau kalah untuk bertanya atau pun hanya sedekar berbagi cerita. Riuh memang ruangan ini tapi itu adalah kebahian untuk Dewi, ya walaupun anggota baru dari kelas tujuh hanya empat orang tapi hari ini terlihat seperti empat ratus orang. Dewi yang sedari tadi hanya duduk di pojok ruangan, sesekali tersenyum.
Dulu ketika di tanya alasanku memilih rohis aku belum meliki jawaban pasti, jawaban itu masih aku gantungan hingga setik ini. Detik ini aku baru menyadari betapa beruntungnya aku bisa menjadi bagian dari rohis. Detik ini pula aku beru tau mengapa aku jatuhkan hatiku untuk rohis. Sesungguhnya di rohis lah aku mendapatkan suatu ketenangan, ketenangan yang tidak aku dapatkan di tempat-tempat lain. Di rohis pula aku temukan rasa persaudaraan yang amat sangat kokoh. Mulai hari ini aku lantangkan suara ku untuk rohis, dan ku jawab pertanyaan mereka tentang alasanku memilih rohis. Saya anak rohis dan saya bangga menjadi anak rohis.
#GARA-GARA ROHIS. Dewi mulai menenukan keluarga yang baru, rasa penasarannya mulai terjawab sehingga ketika lulus nanti tak ada keraguan di dalam hatinya. #GARA-GARA ROHIS kini Dewi  bisa mengontrol emosinya. #GARA-GARA ROHIS, dewi memiliki sahabat-sahabat baru.






Ya Allah, Aku Jatuh Cinta (Cinta seorang ikhwan)


Betapa indah kerunia yang engkau berikan kepada hambamu
Sebuah perasaan sayang
Sebuah rasa peka, dan sebuah komitmen
Ya Allah, aku jatuh cinta
Kepada makhluk bernama hawa
Makhluk yang kau buat dari tulang rusuk seorang adam
Karena akhlaknya lah aku jatuh cinta
Tapi aku bingung,
Mungkinkan ini cinta atau hanya nafsu?
Aku takut salah melangkah
Bukanlah surga yang aku dapat malah neraka nanti yang ku temui
Ya Allah, aku jatuh cinta
Ridhoilah cintaku ini
Hantarkanlah aku kepada kedua orang tuanya
Tunjukanlah bahwa dia memang tulang rusukku yang hilang
Jika memang bukan dia tulang rusukku
Maka jauhkanlah dan buatlah hatiku ini agar tidak ada penyesalan
Ya Allah, betapa mahkluk yang bernama hawa telah menari dalam hatiku
Ya Allah, lindungilah hatiku agar cintaku bukan karena nafsu tapi karena mu
Jangan kau buat setan menari dalam diriku
Ya Allah, aku jatuh  cinta kepada mahklukmu yang bernama hawa






Cinta Dalam Diam

Tak pernah dipungkiri jika setiap manusia pernah merasakan cinta. Cinta itu hadir dengan sendirinya dan cinta itu suci karena jika cinta itu buta mengapa cinta harus melihat status dan fisik orang yang dicintainya. Jika cinta itu apa adanya mengapa harus merubah si dia agar menjadi yang kita inginkan. Cinta dalam diam, inilah pilihanku dalam mengekspresikan cinta dan inilah kisahku.
            Sejak pertama kali aku melihat kak Furqon, ada rasa yang aneh di dalam hatiku. Mungkin rasa suka atau apalah itu namanya. Awal pertama aku bertemu dengan kak Furqon adalah ketika dia menjadi pembawa acara di masjid sekolah. Walau pun ketika pertemuan pertama itu cukup memalukan untukku. Karena ketika di tanya tentang moto hidup, aku menjawabnya dengan gugup dan buyarlah kata-kata yang ada di kepalaku.
            Semenjak acara itu, aku makin sering melihat kak Furqon di lingkungan sekolah. Ternyata kak Furqon menjadi mentor BTA di sekolah. Makin tumbuhlah benih-benih rasa suka didalam hatiku. Jika di tanya alasannya apa atau mengapa aku bisa menaruh hati kepada kak Furqon maka aku sendiri pun tak tahu jawabannya. Kak Furqon sangat pandai berbicara, juga bisa membawa suasana menjadi menyenangkan, bacaan al Qur’annya enak di dengar.
            Cukup terpesona juga diriku dengan tampangnya yang rupawan. Jika aku mirip-miripkan, dia itu seperti Jimmy Shergil (aktor India). Sebetulnya kak Furqon itu tidak asing dipenglihatanku karena rumah kak Furqon berdekatan dengan guru les bahasa asingku ketika SD dulu. Ditambah lagi kak Furqon itu tetanggaan dengan teman SD ku yaitu Ayu. Aku sering sekali kerja kelompok di rumah Ayu maka tak ayal jika aku sering melihat kak Furqon namun waktu itu aku belum tahu namanya.
“Jujur deh dari dulu sampai sekarang yang belum aku tahu dari kamu itu orang yang kamu suka.” Celetuk Bunga
“Iya nih bu Haji kita itu pernah punya rasa suka sama siapa sih?” timpal Laras
“Sama siapa yah? Kasih tau nggak yah?” jawabku dengan senyum kecil
“Kasih tau dong! Penasaran berat nih! Yang membuat kamu misteriuskan yang kaya gini nih tertutup banget.” Omel bunga
“yasudah daripada nanti pada nangis gara-gara masih penasaran aku kasih tahu deh. Orangnya itu mirip dengan orang yang mengirim tausyiah singkat di dinding facebook ku. Tausyiahnya itu tentang memakai foto profil di facebook. Dia masih sedarah sama orang yang aku suka.”
“Ribet banget sih, nggak ada yang lebih gampangan apa? Tinggal sebut nama aja, nggak usah pake tebak-tebakan, males tahu!” ucap Bunga
“yang penting aku sudah beitahukan kepada kalian, masalah mau dicari atau tidak itu terserah kalian.” Ucapku
Seperti dugaanku, ternyata Maya juga menaruh hati kepada kak Furqon. Hal itu sangat terlihat jelas sebab rasa suka itu benar-benar Maya tunjukan contoh kecilnya adalah Maya selalu menyanjung kak Furqon ataupun berucap jika kak Furqon itu tampan. Sebenarnya ada sebuah pertanyaan dalam hatiku. Mengapa setiap aku menyukai seseorang, pasti ada salah satu dari temanku yang juga suka kepada dia. Namun seperti biasanya, aku yang mundur dari perjuangan ini. Kisah yang sama seperti sebelum-sebelumnya karena selalu aku yang mundur. Bukan karena tak berani namun prinsip yang selama ini aku pegang adalah Cinta Dalam Diam. Walaupun terlihat konyol karena bisa begitu mudahnya menyimpan rasa suka kepada seseorang selama bertahun-tahun tanpa ada orang yang tahu.
Rasa suka ku kepada kak Furqon pun makin lama makin menghilang. Entah karena Maya datang sebagai orang yang juga suka kepada kak Furqon atau memang karena aku salah menaruh hati. Ku akui memang aku yang suka kepada kak Furqon dan kak Furqon pun tak pernah tahu jika aku menyimpan rasa untuknya. Aku yang memulai dan harus aku pula yang mengakhirinya. Tak ada lagi rasa peka, tak ada lagi rasa suka kepada kak Furqon dan ku biarakan hati ini mengalir apa adanya mengikuti arus yang tenang. Hari-hari ku berjalan seperti biasa namun yang berbeda hanya susunan hati ku yang baru. Walau masih ada saja bayang kak Furqon yang melintas tapi aku ingat bahwa disana ada seorang penggemar kak Furqon yang lebih bisa menyesuaikan diri dengan kak Furqon.
Kini aku mengikuti Bimbingang Belajar sebuah lembaga yang mana pengajarnya adalah ibunda dari kak Furqon. Tak ada masalah mengenai hal itu karena dulu adalah dulu dan sekarang adalah sekarang. Tak ada lagi rasa suka hanya rasa biasa. Tak mau terlalu berharap karena takut jika tak sesuai harapan. Banyak dapat cerita tentang masa kecil kak Furqon dari sang ibundanya. Menarik juga kisah kecilnya dan ternyata ketika kecil, kak Furqon itu cukup membuat sekeklilingnya tertawa karena celoteh lucunya. Yang aku ingat dari cerita sang ibundanya bahwa ketika kecil kak Furqon menyebut nasi tanpa lauk pauk itu adalah nasi sengsara. Tak hanya kisah masa kecilnya tapi ketika beranjak dewasa dan sampai sekarang pun masih bisa aku dengar kisahnya dari sang bunda.
Dari kisah itu ada beberapa sifat kak Furqon yang sama denganku. Contohnya jarang cerita masalah pribadi ataupun sekolah kepada sang ibunda jika sang bunda tak bertanya akupun sama seperti itu, tidak terlalu dekat dengan ibu. Kak Furqon suka mengomentari tayangan televisi padahal dia sedang mengerjakan pekerjaan lain, akupun sering mengomentari tayangan televisi. Ketika ditanya cita-cianya kak Furqon menjawab ingin membagun sekolah atau jadi menteri pendidikan aku pun berkeingan membangun sekolah dan menjadi seorang pengajar di daerah tertinggal. Entah kebetulan atau apa tapi hal itu cukup mengganggu juga.
“Rahma, masa ada mentor yang punya kesamaan sama aku. Padahal aku tidak menaruh rasa sam dia” Pesan singkatku kepada Rahma.
“Memangnya siapa orangnya?” jawab Rahma.
“kak Furqon, mentor BTA.” Balasku
“mungkin kebetulan aja kali.” Balas Rahma
“aku berharap juga begitu.” ucapku
“besok kamu ke kelas aku aja, nanti kamu bisa deh ngobrol sepuasnya sama aku.” Saran Rahma
“baiklah, terimakasih telah membantu mendengarkan curahan hatiku hehehe.....” balasku
Keesokan harinya aku menemui Rahma dan bercerita semuanya tapi aku malah diledekin sama Rahma. Aku bilang saja jika ingin melihat kak Furqon, Rahma harus datang waktu BTA. Tapi Rahmanya nggak mau, katanya dia kalau kesekolah hari sabtu cuma kalau ada kerja kelompok aja. Tak apalah berarti Rahma hanya tahu nama dan tidak tahu wajahnya kak Furqon.
“kok kamu bisa tahu jika kak Furqon itu punya sifat yang sama kaya kamu?”
“ibunya cerita ma, pas ibunya cerita itu aku sedikit menyimpulkan tentang sedikit sifatnya kak Furqon yang sama denganku.”
“ibunya? Memangnya kamu kenal sama ibunya?”
“ibunya itu adalah guru bimbel aku dan setiap hari senin inysaallah kak Furqon yang menjadi pengajar disitu.”
“cieee yang udah deket sama ibunya. Jadi sering dong ketemu sama kak Furqon?”
“iyalah deket, kan itu guru les ku. Itukan baru rencana, lagi pula baru satu kali kak Furqon mengajar. Sebenarnya yang paling dekat sama beliau juga si Maya. Itu lho anak kelas sebelah yang juga suka sama kak Furqon.”
“berarti kamu saingan dong sama Maya?”
ngak! aku ngak saingan sama dia lagi pula aku kan sudah bilang sama kamu kalau aku sudah tak ada rasa lagi dengan kak Furqon.”
“terus kalau sama anak kelas ini, masih ada rasa?”
ngak! Lagi pula anak sini juga udah ada yang punya kan? Lantas untuk apa pula aku menyukai seseorang yang sudah dimiliki orang lain.”
“berdoa saja semoga kak Furqon itu jodoh kamu.”
“tapi aku nggak mau. Aku maunya tuh sifatnya seperti kak Furqon tapi orangnya bukan kak Furqon.”
“kok gitu?”
“terkadang males juga kali kalau menyatu dengan orang yang kita kenal, rasanya itu gimana gitu.”
“terus maunya siapa? Hmmm atau masih berharap sama yang disini?”
“sudah idak ada harapan lagi. Aku maunya itu orang yang baru aku kenal.”
“kenapa tidak mencoba untuk mempertahankan kak Furqon? Toh saingan kamu cuma Maya doang ko.”
“siapa bilang? Banyak tau anak-anak ekskul aku yang suka sama dia dan kalau aku lagi iseng-iseng buka dinding facebooknya, kirimannya dan komentarnya itu lumayan banyak juga dari perempuan. Lagi pula aku rasa aku tak bisa menyesuaikan diri dengan kak Furqon dan penyesuaian itu bisa di lakukan oleh Maya.”
Bel tanda masuk berdering, aku bergegas meninggalkan Rahma. Puas rasanyan hatiku mengungkapkan perasaan ini kepada sahabatku. Cinta dalam diam, membuatku bisa sedikit tegar karena cinta dalam diam itu lebih indah menurutku dari pada diungkapkan. Mungkin ada yang setuju dengan tindakanku mamun mungkin ada pula yang tidak setuju. Cinta dalam diam, membuat cintaku tumbuh dengan suci tanpa dikotori oleh sahwat dan terhindar dari ajakan syaitan untuk berbuat maksiat. Walau diawal terasa sesak namun jika dinikmati akan terasa indah. Mungkin aku memang tidak bisa mengungkapkan rasa suka ku kepada kak Furqon karena sikap diamku, namun aku masih percaya jika memang yang namanya jodoh pasti akan bertemu namun jika bukan jodoh maka harus ada perpisahan. Manusia hanya bisa berharap dan Allah yang berkehendak.