Tak pernah dipungkiri jika setiap
manusia pernah merasakan cinta. Cinta itu hadir dengan sendirinya dan cinta itu
suci karena jika cinta itu buta mengapa cinta harus melihat status dan fisik
orang yang dicintainya. Jika cinta itu apa adanya mengapa harus merubah si dia
agar menjadi yang kita inginkan. Cinta dalam diam, inilah pilihanku dalam
mengekspresikan cinta dan inilah kisahku.
Sejak
pertama kali aku melihat kak Furqon, ada rasa yang aneh di dalam hatiku.
Mungkin rasa suka atau apalah itu namanya. Awal pertama aku bertemu dengan kak
Furqon adalah ketika dia menjadi pembawa acara di masjid sekolah. Walau pun
ketika pertemuan pertama itu cukup memalukan untukku. Karena ketika di tanya
tentang moto hidup, aku menjawabnya dengan gugup dan buyarlah kata-kata yang
ada di kepalaku.
Semenjak
acara itu, aku makin sering melihat kak Furqon di lingkungan sekolah. Ternyata
kak Furqon menjadi mentor BTA di sekolah. Makin tumbuhlah benih-benih rasa suka
didalam hatiku. Jika di tanya alasannya apa atau mengapa aku bisa menaruh hati
kepada kak Furqon maka aku sendiri pun tak tahu jawabannya. Kak Furqon sangat
pandai berbicara, juga bisa membawa suasana menjadi menyenangkan, bacaan al Qur’annya
enak di dengar.
Cukup
terpesona juga diriku dengan tampangnya yang rupawan. Jika aku mirip-miripkan,
dia itu seperti Jimmy Shergil (aktor India). Sebetulnya kak Furqon itu tidak
asing dipenglihatanku karena rumah kak Furqon berdekatan dengan guru les bahasa
asingku ketika SD dulu. Ditambah lagi kak Furqon itu tetanggaan dengan teman SD
ku yaitu Ayu. Aku sering sekali kerja kelompok di rumah Ayu maka tak ayal jika
aku sering melihat kak Furqon namun waktu itu aku belum tahu namanya.
“Jujur deh dari dulu sampai sekarang
yang belum aku tahu dari kamu itu orang yang kamu suka.” Celetuk Bunga
“Iya nih bu Haji kita itu pernah
punya rasa suka sama siapa sih?”
timpal Laras
“Sama siapa yah? Kasih tau nggak
yah?” jawabku dengan senyum kecil
“Kasih tau dong! Penasaran berat nih!
Yang membuat kamu misteriuskan yang kaya gini nih tertutup banget.” Omel bunga
“yasudah daripada nanti pada nangis
gara-gara masih penasaran aku kasih tahu deh. Orangnya itu mirip dengan orang
yang mengirim tausyiah singkat di dinding facebook
ku. Tausyiahnya itu tentang memakai foto profil di facebook. Dia masih sedarah sama orang yang aku suka.”
“Ribet banget sih, nggak ada yang
lebih gampangan apa? Tinggal sebut nama aja, nggak usah pake tebak-tebakan,
males tahu!” ucap Bunga
“yang penting aku sudah beitahukan
kepada kalian, masalah mau dicari atau tidak itu terserah kalian.” Ucapku
Seperti dugaanku, ternyata Maya juga
menaruh hati kepada kak Furqon. Hal itu sangat terlihat jelas sebab rasa suka
itu benar-benar Maya tunjukan contoh kecilnya adalah Maya selalu menyanjung kak
Furqon ataupun berucap jika kak Furqon itu tampan. Sebenarnya ada sebuah
pertanyaan dalam hatiku. Mengapa setiap aku menyukai seseorang, pasti ada salah
satu dari temanku yang juga suka kepada dia. Namun seperti biasanya, aku yang
mundur dari perjuangan ini. Kisah yang sama seperti sebelum-sebelumnya karena
selalu aku yang mundur. Bukan karena tak berani namun prinsip yang selama ini
aku pegang adalah Cinta Dalam Diam. Walaupun terlihat konyol karena bisa begitu
mudahnya menyimpan rasa suka kepada seseorang selama bertahun-tahun tanpa ada
orang yang tahu.
Rasa suka ku kepada kak Furqon pun
makin lama makin menghilang. Entah karena Maya datang sebagai orang yang juga
suka kepada kak Furqon atau memang karena aku salah menaruh hati. Ku akui
memang aku yang suka kepada kak Furqon dan kak Furqon pun tak pernah tahu jika
aku menyimpan rasa untuknya. Aku yang memulai dan harus aku pula yang
mengakhirinya. Tak ada lagi rasa peka, tak ada lagi rasa suka kepada kak Furqon
dan ku biarakan hati ini mengalir apa adanya mengikuti arus yang tenang.
Hari-hari ku berjalan seperti biasa namun yang berbeda hanya susunan hati ku
yang baru. Walau masih ada saja bayang kak Furqon yang melintas tapi aku ingat
bahwa disana ada seorang penggemar kak Furqon yang lebih bisa menyesuaikan diri
dengan kak Furqon.
Kini aku mengikuti Bimbingang Belajar
sebuah lembaga yang mana pengajarnya adalah ibunda dari kak Furqon. Tak ada
masalah mengenai hal itu karena dulu adalah dulu dan sekarang adalah sekarang.
Tak ada lagi rasa suka hanya rasa biasa. Tak mau terlalu berharap karena takut
jika tak sesuai harapan. Banyak dapat cerita tentang masa kecil kak Furqon dari
sang ibundanya. Menarik juga kisah kecilnya dan ternyata ketika kecil, kak
Furqon itu cukup membuat sekeklilingnya tertawa karena celoteh lucunya. Yang
aku ingat dari cerita sang ibundanya bahwa ketika kecil kak Furqon menyebut
nasi tanpa lauk pauk itu adalah nasi sengsara. Tak hanya kisah masa kecilnya
tapi ketika beranjak dewasa dan sampai sekarang pun masih bisa aku dengar
kisahnya dari sang bunda.
Dari kisah itu ada beberapa sifat kak
Furqon yang sama denganku. Contohnya jarang cerita masalah pribadi ataupun
sekolah kepada sang ibunda jika sang bunda tak bertanya akupun sama seperti
itu, tidak terlalu dekat dengan ibu. Kak Furqon suka mengomentari tayangan
televisi padahal dia sedang mengerjakan pekerjaan lain, akupun sering
mengomentari tayangan televisi. Ketika ditanya cita-cianya kak Furqon menjawab
ingin membagun sekolah atau jadi menteri pendidikan aku pun berkeingan
membangun sekolah dan menjadi seorang pengajar di daerah tertinggal. Entah
kebetulan atau apa tapi hal itu cukup mengganggu juga.
“Rahma, masa ada mentor yang punya
kesamaan sama aku. Padahal aku tidak menaruh rasa sam dia” Pesan singkatku
kepada Rahma.
“Memangnya siapa orangnya?” jawab
Rahma.
“kak Furqon, mentor BTA.” Balasku
“mungkin kebetulan aja kali.” Balas
Rahma
“aku berharap juga begitu.” ucapku
“besok kamu ke kelas aku aja, nanti
kamu bisa deh ngobrol sepuasnya sama aku.” Saran Rahma
“baiklah, terimakasih telah membantu
mendengarkan curahan hatiku hehehe.....” balasku
Keesokan harinya aku menemui Rahma
dan bercerita semuanya tapi aku malah diledekin sama Rahma. Aku bilang saja
jika ingin melihat kak Furqon, Rahma harus datang waktu BTA. Tapi Rahmanya
nggak mau, katanya dia kalau kesekolah hari sabtu cuma kalau ada kerja kelompok
aja. Tak apalah berarti Rahma hanya tahu nama dan tidak tahu wajahnya kak
Furqon.
“kok kamu bisa tahu jika kak Furqon
itu punya sifat yang sama kaya kamu?”
“ibunya cerita ma, pas ibunya cerita
itu aku sedikit menyimpulkan tentang sedikit sifatnya kak Furqon yang sama
denganku.”
“ibunya? Memangnya kamu kenal sama
ibunya?”
“ibunya itu adalah guru bimbel aku
dan setiap hari senin inysaallah kak Furqon yang menjadi pengajar disitu.”
“cieee yang udah deket sama ibunya.
Jadi sering dong ketemu sama kak Furqon?”
“iyalah deket, kan itu guru les ku. Itukan
baru rencana, lagi pula baru satu kali kak Furqon mengajar. Sebenarnya yang
paling dekat sama beliau juga si Maya. Itu lho anak kelas sebelah yang juga
suka sama kak Furqon.”
“berarti kamu saingan dong sama
Maya?”
“ngak!
aku ngak saingan sama dia lagi pula
aku kan sudah bilang sama kamu kalau aku sudah tak ada rasa lagi dengan kak
Furqon.”
“terus kalau sama anak kelas ini,
masih ada rasa?”
“ngak!
Lagi pula anak sini juga udah ada yang punya kan? Lantas untuk apa pula aku
menyukai seseorang yang sudah dimiliki orang lain.”
“berdoa saja semoga kak Furqon itu
jodoh kamu.”
“tapi aku nggak mau. Aku maunya tuh
sifatnya seperti kak Furqon tapi orangnya bukan kak Furqon.”
“kok gitu?”
“terkadang males juga kali kalau
menyatu dengan orang yang kita kenal, rasanya itu gimana gitu.”
“terus maunya siapa? Hmmm atau masih
berharap sama yang disini?”
“sudah idak ada harapan lagi. Aku
maunya itu orang yang baru aku kenal.”
“kenapa tidak mencoba untuk
mempertahankan kak Furqon? Toh saingan kamu cuma Maya doang ko.”
“siapa bilang? Banyak tau anak-anak
ekskul aku yang suka sama dia dan kalau aku lagi iseng-iseng buka dinding
facebooknya, kirimannya dan komentarnya itu lumayan banyak juga dari perempuan.
Lagi pula aku rasa aku tak bisa menyesuaikan diri dengan kak Furqon dan
penyesuaian itu bisa di lakukan oleh Maya.”
Bel tanda masuk berdering, aku
bergegas meninggalkan Rahma. Puas rasanyan hatiku mengungkapkan perasaan ini
kepada sahabatku. Cinta dalam diam, membuatku bisa sedikit tegar karena cinta
dalam diam itu lebih indah menurutku dari pada diungkapkan. Mungkin ada yang
setuju dengan tindakanku mamun mungkin ada pula yang tidak setuju. Cinta dalam
diam, membuat cintaku tumbuh dengan suci tanpa dikotori oleh sahwat dan
terhindar dari ajakan syaitan untuk berbuat maksiat. Walau diawal terasa sesak
namun jika dinikmati akan terasa indah. Mungkin aku memang tidak bisa
mengungkapkan rasa suka ku kepada kak Furqon karena sikap diamku, namun aku
masih percaya jika memang yang namanya jodoh pasti akan bertemu namun jika
bukan jodoh maka harus ada perpisahan. Manusia hanya bisa berharap dan Allah
yang berkehendak.
Semangat memantaskan diri. Ketahuilah jika kamu berusaha membunuh perasaanmu, maka perasaan itu justru akan terus mengganggumu. Kisahmu sedikit sama denganku. Tapi bagus lho mempertahankan prinsip cinta dalam diam mu itu. Doakan saja dalam diam. Siapa tahu dia yang Allah takdirkan untukmu hehe....
BalasHapus