Sabtu, 14 Juni 2014

Cinta Dalam Diam

Tak pernah dipungkiri jika setiap manusia pernah merasakan cinta. Cinta itu hadir dengan sendirinya dan cinta itu suci karena jika cinta itu buta mengapa cinta harus melihat status dan fisik orang yang dicintainya. Jika cinta itu apa adanya mengapa harus merubah si dia agar menjadi yang kita inginkan. Cinta dalam diam, inilah pilihanku dalam mengekspresikan cinta dan inilah kisahku.
            Sejak pertama kali aku melihat kak Furqon, ada rasa yang aneh di dalam hatiku. Mungkin rasa suka atau apalah itu namanya. Awal pertama aku bertemu dengan kak Furqon adalah ketika dia menjadi pembawa acara di masjid sekolah. Walau pun ketika pertemuan pertama itu cukup memalukan untukku. Karena ketika di tanya tentang moto hidup, aku menjawabnya dengan gugup dan buyarlah kata-kata yang ada di kepalaku.
            Semenjak acara itu, aku makin sering melihat kak Furqon di lingkungan sekolah. Ternyata kak Furqon menjadi mentor BTA di sekolah. Makin tumbuhlah benih-benih rasa suka didalam hatiku. Jika di tanya alasannya apa atau mengapa aku bisa menaruh hati kepada kak Furqon maka aku sendiri pun tak tahu jawabannya. Kak Furqon sangat pandai berbicara, juga bisa membawa suasana menjadi menyenangkan, bacaan al Qur’annya enak di dengar.
            Cukup terpesona juga diriku dengan tampangnya yang rupawan. Jika aku mirip-miripkan, dia itu seperti Jimmy Shergil (aktor India). Sebetulnya kak Furqon itu tidak asing dipenglihatanku karena rumah kak Furqon berdekatan dengan guru les bahasa asingku ketika SD dulu. Ditambah lagi kak Furqon itu tetanggaan dengan teman SD ku yaitu Ayu. Aku sering sekali kerja kelompok di rumah Ayu maka tak ayal jika aku sering melihat kak Furqon namun waktu itu aku belum tahu namanya.
“Jujur deh dari dulu sampai sekarang yang belum aku tahu dari kamu itu orang yang kamu suka.” Celetuk Bunga
“Iya nih bu Haji kita itu pernah punya rasa suka sama siapa sih?” timpal Laras
“Sama siapa yah? Kasih tau nggak yah?” jawabku dengan senyum kecil
“Kasih tau dong! Penasaran berat nih! Yang membuat kamu misteriuskan yang kaya gini nih tertutup banget.” Omel bunga
“yasudah daripada nanti pada nangis gara-gara masih penasaran aku kasih tahu deh. Orangnya itu mirip dengan orang yang mengirim tausyiah singkat di dinding facebook ku. Tausyiahnya itu tentang memakai foto profil di facebook. Dia masih sedarah sama orang yang aku suka.”
“Ribet banget sih, nggak ada yang lebih gampangan apa? Tinggal sebut nama aja, nggak usah pake tebak-tebakan, males tahu!” ucap Bunga
“yang penting aku sudah beitahukan kepada kalian, masalah mau dicari atau tidak itu terserah kalian.” Ucapku
Seperti dugaanku, ternyata Maya juga menaruh hati kepada kak Furqon. Hal itu sangat terlihat jelas sebab rasa suka itu benar-benar Maya tunjukan contoh kecilnya adalah Maya selalu menyanjung kak Furqon ataupun berucap jika kak Furqon itu tampan. Sebenarnya ada sebuah pertanyaan dalam hatiku. Mengapa setiap aku menyukai seseorang, pasti ada salah satu dari temanku yang juga suka kepada dia. Namun seperti biasanya, aku yang mundur dari perjuangan ini. Kisah yang sama seperti sebelum-sebelumnya karena selalu aku yang mundur. Bukan karena tak berani namun prinsip yang selama ini aku pegang adalah Cinta Dalam Diam. Walaupun terlihat konyol karena bisa begitu mudahnya menyimpan rasa suka kepada seseorang selama bertahun-tahun tanpa ada orang yang tahu.
Rasa suka ku kepada kak Furqon pun makin lama makin menghilang. Entah karena Maya datang sebagai orang yang juga suka kepada kak Furqon atau memang karena aku salah menaruh hati. Ku akui memang aku yang suka kepada kak Furqon dan kak Furqon pun tak pernah tahu jika aku menyimpan rasa untuknya. Aku yang memulai dan harus aku pula yang mengakhirinya. Tak ada lagi rasa peka, tak ada lagi rasa suka kepada kak Furqon dan ku biarakan hati ini mengalir apa adanya mengikuti arus yang tenang. Hari-hari ku berjalan seperti biasa namun yang berbeda hanya susunan hati ku yang baru. Walau masih ada saja bayang kak Furqon yang melintas tapi aku ingat bahwa disana ada seorang penggemar kak Furqon yang lebih bisa menyesuaikan diri dengan kak Furqon.
Kini aku mengikuti Bimbingang Belajar sebuah lembaga yang mana pengajarnya adalah ibunda dari kak Furqon. Tak ada masalah mengenai hal itu karena dulu adalah dulu dan sekarang adalah sekarang. Tak ada lagi rasa suka hanya rasa biasa. Tak mau terlalu berharap karena takut jika tak sesuai harapan. Banyak dapat cerita tentang masa kecil kak Furqon dari sang ibundanya. Menarik juga kisah kecilnya dan ternyata ketika kecil, kak Furqon itu cukup membuat sekeklilingnya tertawa karena celoteh lucunya. Yang aku ingat dari cerita sang ibundanya bahwa ketika kecil kak Furqon menyebut nasi tanpa lauk pauk itu adalah nasi sengsara. Tak hanya kisah masa kecilnya tapi ketika beranjak dewasa dan sampai sekarang pun masih bisa aku dengar kisahnya dari sang bunda.
Dari kisah itu ada beberapa sifat kak Furqon yang sama denganku. Contohnya jarang cerita masalah pribadi ataupun sekolah kepada sang ibunda jika sang bunda tak bertanya akupun sama seperti itu, tidak terlalu dekat dengan ibu. Kak Furqon suka mengomentari tayangan televisi padahal dia sedang mengerjakan pekerjaan lain, akupun sering mengomentari tayangan televisi. Ketika ditanya cita-cianya kak Furqon menjawab ingin membagun sekolah atau jadi menteri pendidikan aku pun berkeingan membangun sekolah dan menjadi seorang pengajar di daerah tertinggal. Entah kebetulan atau apa tapi hal itu cukup mengganggu juga.
“Rahma, masa ada mentor yang punya kesamaan sama aku. Padahal aku tidak menaruh rasa sam dia” Pesan singkatku kepada Rahma.
“Memangnya siapa orangnya?” jawab Rahma.
“kak Furqon, mentor BTA.” Balasku
“mungkin kebetulan aja kali.” Balas Rahma
“aku berharap juga begitu.” ucapku
“besok kamu ke kelas aku aja, nanti kamu bisa deh ngobrol sepuasnya sama aku.” Saran Rahma
“baiklah, terimakasih telah membantu mendengarkan curahan hatiku hehehe.....” balasku
Keesokan harinya aku menemui Rahma dan bercerita semuanya tapi aku malah diledekin sama Rahma. Aku bilang saja jika ingin melihat kak Furqon, Rahma harus datang waktu BTA. Tapi Rahmanya nggak mau, katanya dia kalau kesekolah hari sabtu cuma kalau ada kerja kelompok aja. Tak apalah berarti Rahma hanya tahu nama dan tidak tahu wajahnya kak Furqon.
“kok kamu bisa tahu jika kak Furqon itu punya sifat yang sama kaya kamu?”
“ibunya cerita ma, pas ibunya cerita itu aku sedikit menyimpulkan tentang sedikit sifatnya kak Furqon yang sama denganku.”
“ibunya? Memangnya kamu kenal sama ibunya?”
“ibunya itu adalah guru bimbel aku dan setiap hari senin inysaallah kak Furqon yang menjadi pengajar disitu.”
“cieee yang udah deket sama ibunya. Jadi sering dong ketemu sama kak Furqon?”
“iyalah deket, kan itu guru les ku. Itukan baru rencana, lagi pula baru satu kali kak Furqon mengajar. Sebenarnya yang paling dekat sama beliau juga si Maya. Itu lho anak kelas sebelah yang juga suka sama kak Furqon.”
“berarti kamu saingan dong sama Maya?”
ngak! aku ngak saingan sama dia lagi pula aku kan sudah bilang sama kamu kalau aku sudah tak ada rasa lagi dengan kak Furqon.”
“terus kalau sama anak kelas ini, masih ada rasa?”
ngak! Lagi pula anak sini juga udah ada yang punya kan? Lantas untuk apa pula aku menyukai seseorang yang sudah dimiliki orang lain.”
“berdoa saja semoga kak Furqon itu jodoh kamu.”
“tapi aku nggak mau. Aku maunya tuh sifatnya seperti kak Furqon tapi orangnya bukan kak Furqon.”
“kok gitu?”
“terkadang males juga kali kalau menyatu dengan orang yang kita kenal, rasanya itu gimana gitu.”
“terus maunya siapa? Hmmm atau masih berharap sama yang disini?”
“sudah idak ada harapan lagi. Aku maunya itu orang yang baru aku kenal.”
“kenapa tidak mencoba untuk mempertahankan kak Furqon? Toh saingan kamu cuma Maya doang ko.”
“siapa bilang? Banyak tau anak-anak ekskul aku yang suka sama dia dan kalau aku lagi iseng-iseng buka dinding facebooknya, kirimannya dan komentarnya itu lumayan banyak juga dari perempuan. Lagi pula aku rasa aku tak bisa menyesuaikan diri dengan kak Furqon dan penyesuaian itu bisa di lakukan oleh Maya.”
Bel tanda masuk berdering, aku bergegas meninggalkan Rahma. Puas rasanyan hatiku mengungkapkan perasaan ini kepada sahabatku. Cinta dalam diam, membuatku bisa sedikit tegar karena cinta dalam diam itu lebih indah menurutku dari pada diungkapkan. Mungkin ada yang setuju dengan tindakanku mamun mungkin ada pula yang tidak setuju. Cinta dalam diam, membuat cintaku tumbuh dengan suci tanpa dikotori oleh sahwat dan terhindar dari ajakan syaitan untuk berbuat maksiat. Walau diawal terasa sesak namun jika dinikmati akan terasa indah. Mungkin aku memang tidak bisa mengungkapkan rasa suka ku kepada kak Furqon karena sikap diamku, namun aku masih percaya jika memang yang namanya jodoh pasti akan bertemu namun jika bukan jodoh maka harus ada perpisahan. Manusia hanya bisa berharap dan Allah yang berkehendak.




1 komentar:

  1. Semangat memantaskan diri. Ketahuilah jika kamu berusaha membunuh perasaanmu, maka perasaan itu justru akan terus mengganggumu. Kisahmu sedikit sama denganku. Tapi bagus lho mempertahankan prinsip cinta dalam diam mu itu. Doakan saja dalam diam. Siapa tahu dia yang Allah takdirkan untukmu hehe....

    BalasHapus