Menjadi anak kembar bukan berarti harus semuanya sama. Cika dan Lika adalah
gadis kembar yang mempunyai hobi, sifat, kesukaan yang berbeda. Cika menyukai
basket sedangkan Lika menyukai pramuka. Menurut Lika, pramuka itu mempersiapkan diri menjadi
manusia yang terampil dan berbudi, sedangkan menurut Cika, basket itu olahraga
yang menyenangkan dan mengasyikan.
Walau
sering berbeda pandapat dan pandangan, mereka tidak pernah bertengkar alias
akur-akur saja. Ketika Cika dalam masa-masa galau, Lika mencoba menghibur.
Begitu pula sebaliknya. Mereka berdua benar-benar solid walau ada perbedaan
dalam diri mereka.
Suatu
ketika Cika merasa iri kepada Lika. Menurut perasaannya, Lika mendapat
perhatian lebih dari sang ayah. Memang perhatian ayah lebih kepada Lika tapi
bukan berarti sang ayah melupakan Cika. Walau Cika berusaha melebur rasa iri
kepada Lika tetap saja rasa iri itu tak bisa disembunyikan. Walau Cika tahu
perhatian sang ayah semata-mata agar Lika nyaman dan melupakan sejenak penyakit
yang dideritaya, tapi tetap saja rasa
iri itu ada.
Lika
membaca betul rasa iri Cika. Memang, Lika itu sakit tapi dalam sakitnya Lika
tidak pernah ingin dimanja atau diperhatikan lebih karena munurut Lika jika hal
demikian terjadi pasti ada hati yang merasa iri dan tersakiti. Lika sebenarnya
selalu merasa bahwa sang ayah memberi perhatian lebih kepadanya, sering kali Lika berbicara kepada
sang ayah untuk tidak bersikap istimewa kepadanya karena Lika tidak enak hati
kepada Cika, sering kali pula
sang ayah tak menghiraukan ucapan itu. Menurut sang ayah perbuatan itu
semata-mata rasa kasih sayangnya kepada anak.
“yah,
Lika nggak mau terlalu
diistimewakan oleh ayah, kasian Cika
pasti Cika merasa iri.”
“ayah
tak pernah memberikan yang istimewa, ayah hanya khawatir, ayah hanya ingin….”
“hanya
apa yah? Hanya karna Lika
punya penyakit lemah jantung? Jadi ayah mengistimewakan Lika? Yah, lika ngggak
mau diistemewakan! Lika mau seperti Cika
yang nggak pernah ayah larang, bebas melakukan apa yang dia mau. Lika ingin
mengikuti pramuka seperti yang lain tanpa harus dilarang ngggak boleh ini itu!”
“
ayah hanya khawatir, apa salah?”
“
ayah memang ngggak salah tapi Lika lah yang salah karena Lika punya penyakit kaya
gini!”
Dengan
menangis, Lika
pergi ke kamar
lalu mengunci pintu kamarnya.
Memang
semenjak Lika sakit sang ayah mengawasi semua ruang lingkup Lika dan melarang Lika untuk ikut kegiatan
pramuka. Ayah khawatir dengan kegiatan pramuka yang terkenal cukup menguras
tenaga itu mempengaruhi kesehatan Lika.
Terlebih lagi semenjak Lika sakit dia tidak boleh kelelahan karna bisa
berdampak pada kesehatannya.
“Lika
buka pintunya woyyy, aku mau masuk nih
mau ngerjain tugas matematika!”
“
masuk aja ndak di kunci ko!”
“tadi
kenapa marah-marah sama ayah? Pasti karena aku yah? Lika, kan sudah aku bilang
jangan hirauin aku lagipula tadi aku musam itu bukan karena sikap istimewa ayah
ke kamu lagi tapi karena nilai aku.”
“ah
masa sih gara-gara nilai? Lika ngak percaya tuh, masa seorang Cika pusing
dengan nilai?”
“terserah
deh mau percaya apa ngak yang jelas
sikap kamu tadi ngebuat ayah nangis
tuh di kamar! Besok harus minta maaf lho.”
***
Keesokan
harinya ketika sarapan Lika meminta maaf kepada sang ayah atas kejadian semalam karena tak
seharusnya Lika bersikap seperti itu dan Lika berjanji kepada sang ayah bahwa
Lika tidak akan menentang sang
ayah lagi.
“yah,
Lika sama Cika berangkat dulu yah.”
“hati-hati
di jalan ya,”
“iya
ayah, assalamualaikum..”
“waalaikumsalam”
Setibanya
di sekoah, Cika yang semalam katanya ingin mengerjakan tugas matematika tapi
tidak jadi, akhirnya menyotek kepada Wulan anak yang cukup pintar di sekolahnya
(kegiatan ini jangan ditiru yahhhh).
“Lan
minjem buku matematinya dong,”
“oh
iya ini bukunya. Emangnya semalem kamu ngak ngerjain yah? Kenapa?” Tanya Wulan
dengan suara pelannya
“ketiduran.
Aku mau nyalin dulu, kamunya diem aja yah”
Kecepatan
tangan Cika ternyata hebat dalam waktu 15 menit bisa di kerjakan dengan tulisan
yang rapi (tapi ini bukan untuk
di contoh ataupun ditiru yah). Bel masuk berbunyi dengan sikap tenang Cika
menuju bangkunya. Jam pertama diisi oleh pelajaran bahasa arab. Maklum sekolah
Lika dan Cika adalah Sekolah Islam jadi ada pelajaran bahasa arabnya. Menurut
Cika bahasa arab itu sedikit lebih mudah dari pada bahasa inggris. Kalau
menurut Lika sih sama aja toh sama-sama bahasa asing. Di pelajaran bahasa arab
Cika lumayan pintar, kalau ada PR atau tugas bahasa arab, Cika tidak pernah
menyontek. Ternyata hari ini ada ulangan dadakan bahasa arab. Seisi kelas panik bukan main karena tak ada
pemberitahuan sebelumnya juga karena belum pada belajar bab yang akan
diulangkan.
“ah
elah cuma ulangan bahasa arab
aja pada panik.”
“sombong
kamu Cika.” Kata Restu
“ngatain
aku sombong ngak aku bantu nih.”
Seperti
biasa ketika ulangan bahasa arab Cika yang menjadi tempat menyonyek, tapi
ketika pelajaran lain yang tak dikuasai Cika, ia juga minta bantuan kepada
temannya yang jago saling bantu gitu.
“Cika
apa itu?” tegur bu Ratna
“ini
bu, saya lagi sedekah kan katanya orang hidup itu harus banyak sedekah (sambil
memberi kertas jawabannya kepada temannya)”
Bu
Ratna hanya geleng-geleng
dan tersenyum karena bu Ratna
sudah tau sikap Cika. Walau dilarang berulang kali tapi tetap saja tak pernah
di dengar.
***
“Cika,
tadi itu ngak boleh kaya gitu!”
“kenapa
sih emangnya? Toh bu Ratna
juga ngak marah?”
“Tapi
kan ngak baik ngasih contekan, membatu dalam keburukan dan menyontek.”
“iya,
iya bu haji.”
‘jangan
Cuma iya iya aja, tapi dilakuin juga dong.”
“insyaallah
jika hati dan diri mau yah.”
Mungkin
sudah ratusan kali Lika mengingatkan Cika tentang kelakuan buruknya itu tidak
baik tapi ratusan kali
pula Cika mengganggap itu hanya angin lalu saja. Guru-guru yang sudah tahu
sifat Cika ketika ulangan dianggap Lika salah, seharusnya seorang guru itu
memberi nilai-nilai yang baik
kepada muridnya bukan malah membiarkan muridnya menyontek ataupun menjadi
tempat untuk dicontek. Tapi Lika cukup salut dengan ibu Fatmawati
guru bahasa Indonesia. Karena bu
Fatmawati tidak pernah
pandang buluh, siapa yang salah harus dihukum dan tidak membenarkan tradisi
menyontek kepada anak didiknya. Maka dari itu ibu fatmawati amat disegani oleh
Lika namun untuk teman-teman Lika sikap
ibu Fatmawati itu
menjengkelkan dan menyebalkan.
***
Cika
keluar kelas untuk suatu keperluan ke kamar mandi. Saat itulah, lagi-lagi Cika mulai melakukan kegiatan
usilnya kepada teman-temannya, bukan teman perempuannya tapi teman
laki-lakinya. Ketika ada anak laki-laki keluar kamar mandi, Cika dengan sengaja
menyelangkat kaki anak laki-laki itu. Dengan tampang mata melotot anak
laki-laki itu berterik kepada Cika.
“apa-apan
ini? Salah apa aku? Ko kamu nyelengkat aku?”
“kenapa,?
ngak suka? Marah?”
“dasar
cewek liar!”
“siapa
yang cewek liar? Dari pada kamu
anak manja.”
Anak
laki-laki itu berjalan menjauhi Cika. Cika pun hanya cekikikan atas ulahnya
tadi. Cika terus cekikikan dikelas sampai-sampai ditegur oleh Lika.
“kamu
kenapa cekikan mulu dari tadi? Adakah yang lucu di pelajaran ini?”
“tidak,
hanya saja aku sedang memikirkan muka anak laki-laki yang tadi aku selengkat. Mukanya itu.. ya ampun kalau kamu
liat pasti akan tertawa terus. Mukanya itu seperti mau marah tapi mau nagis
juga hahaha..”
“kamu
buat ulah lagi? Cika, udah aku bilangkan jangan buat ulah lagi, jadilah seperti
layaknya wanita jangan kaya laki-laki. Allah itu ngak suka sama wanita yang
berpakaian dan perprilaku seperti laki-laki dan sebaliknya.”
“siapa
juga yang bersikap kaya laki-laki, tadi itu Cuma iseng aja ko.”
“tapi
iseng kamu itu bisa
buat orang celaka.”
“maaf
ni Lika, tadi kan aku niatnya cerita sama kamu bukan untuk minta pendapat atau
solusi kamu dan itukan cerita aku, kalau
kamu ngak suka ya udah kenapa diperdebatin kaya gini?”
“aku
ngak bermaksud untuk memperdebatkan cuma
mengingatkan aja.”
“kamu
udah sering mengingatkan aku dan aku udah hafal
banget sama pesan-pesan kamu jadi ngak usah mengingatkan lagi ataupun ceramahin
aku lagi! Udah cukup bosen aku mendengar kata-kata nasehat kamu lagi.”
***
Ketika
istirahat Cika dipanggil oleh kepala sekolah. Suasana yang seharusnya tegang bisa dicairkan oleh Cika.
Maklumlah guru-guru dan kepala sekolah sudah mengenal sifat Cika, lebih-lebih
karena Cika sering berulahdan prestasinya yang bagus jadi cukup terkenalah Cika
di kalangan guru dan kepala sekolah.
“tadi
waktu kamu ke toilet,
kamu apain si Dandi?”
“ngak
saya apa-apain pak.”
“yang
bener?”
“beneran
deh pak.”
“yaudah
panggil dulu sana Dandi nya suruh temuin bapak tapi kamu balik lagi kesini.”
Langsung
saja Cika bergegas menanggil Dandi yang sedang berada di kantin sekolah. Dandi
yang sedang menyantap mie goreng, kepalanya di di dorong ke depan oleh Cika.
Sontak Dandi berdiri dan menatap Cika dengan tatapan kesal.
“udah
ngak usah melotot kamu,
ngadu apa kamu
sama kepala sekolah? “
“saya ngak ngadu apa-apa sama kepalah sekolah.”
“dasar
anak aduan kamu!
Dicariin tuh sama kepala sekolah suruh nemuin dia sekarang.”
Dandi
bergegas menemui kepala sekoalah,
sedangkan Cika menyantap mie goreng dikantin. Dandi yang datang sendirian
langsung ditanya oleh kepala sekolah dimana Cika. Dandi bilang Cika ada di
kantin, sedang menyantap mie. Melalui jendela, kepala sekolah melihat Cika yang
sedang makan dan kepala sekolah hanya geleng-gelang kepala.
***
Keusilan
Cika tak berhenti sampai disitu, setiap ada yang ulang tahun dan berniat untuk diceploki,
Cika sudah siap untuk ikut-ikutan walau Cika tidak mengenal orang yang dia
ceploki. Karena keusilannya itu ketika Cika ulang tahun orang-orang yang
diceploki Cika membalaskan dengan hal sama. Walau pun Cika tak pernah
memberitahu kan tanggal ulang tahunnya tapi entah mengapa orang-orang itu tahu,
mungkin karena Cika adalah saudara kembar Lika dan orang-orang itu tahu tanggal
ulang tahunnya Lika dan pastilah anak kembar itu lahirnya sama dan ternyata
benar. Pada tanggal 22 September (hari ulang tahun Cika dan Lika), Cika di
ceploki dengan telor, tepung terigu, air kolam ikan dan pokonya ulang tahun Cika merupakan
ulang tahun terheboh di sekolahnya. Tak terbayangkan betapa bau,kotor dan
lengketnya Cika.
“huaaaa
bau banget nih, badanku.”
“makanya
kalau ada yang ulang tahun jangan
ikut-ikutan ceplokin, jadi kena sendiri kan akibatnya, bau dah tu badan ihhhh.”
“tapikan
aku Cuma ikut-ikutan aja, ko mereka balesnya sadis banget sih.”
“udah
sana mandi sabunya udah disiapin 2 tuh sama
ayah hehehehe.”
“setelah
mandi kamu sama Lika ke rumah bude Ratna yah, ambil pesanan ayah.”
“iya
yah.”
Acara
mandipun selesai tapi badan Cika masih saja bau
amis padahal sudah 2
sabun Cika pakai untuk membersihkan dirinya tapi tetap saja bau amis di
tubuhnya masih tercium. Walau bau amis dalam tubuhnya masih tercium, Cika tetap
cuek dan langsung bergegas ke rumah bude Ratna
untuk mengambil pesananan ayah.
***
Sesampainya
dirumah bude Ratna, bukannya mengambilkan
pesanan ayah malah sibuk mencari
mengharum ruangan karena ruanggannya bau amis.
“bude
jahat banget sih.”
“jahat
kenapa? bude cuma
menyemprotkan pengharum ruangan karena ruangan ini bau amis. Ini juga supaya
kamu nyaman.”
“tapi
sikap bude itu buat aku tersinggung.”
“tersinggung
kenapa?”
“Cika
itu tersinggung karena bude nyemprotin pengharum ruangan terus, karena bau
amisnya itu dari badan Cika yang tadi abis diceplokin sama temen-temen satu
sekolah.”
“maaf
Cika bude tidak tahu, yasudah bude ambilkan pesanan ayahmu dulu kalian tungggu
disini.”
Cukup
lama juga Cika dan Lika menunggu bude. Ketika bude kembali, bude membawa dua
bungkusan kata bude bungkusan yang hitam itu pesanan ayah sedangkan yang putih
itu ramuan untuk menghilangkan bau amis di badan Cika. Bude tidak mau besok
ketika disekolah
Cika diolok-olok oleh teman-temannya karena bau amis itu. Cika dan Lika pun
berpamitan kepada bude Ratna dan mengucapkan terimakasih untuk ramuannya.
***
Hari
ini ada ulangan bahasa Indonesia. Seperti biasa Cika akan memulai aksinya untuk
menyontek. Padahal Cika itu bisa namun hanya malas dan alasannya untuk bahasa Indonesia adalah
kertas soal-soalnya kaya Koran, lebar dan bacaannya panjang.
“kamu
lagi ngapain Cika!” Tanya bu Fatmawati
“biasa
bu dapet sodakoh dari temen.”
“kembalikan
lagi sodakoh itu. Atau nilai kamu ibu buat 0?”
“iya
bu, ini saya kembalikan lagi sama orangnya.”
“istirahat
kamu temui ibu dikantor.”
“Baik Bu.”
***
Bel
intirahat berbunyi, dalam hati Cika takut menghadap ke bu Fatmawati namun jika tidak
menghadap Cika takut nanti orang tua akan dibawa-bawa. Akhirnya dengan
memberanikan diri Cika menemui ibu Fatmawati.
“maaf
bu, ada apa ibu menyuruh kesini?”
“duduklah.
Ibu tidak suka dengan sikap ngeleneh, cuek dan masa bodoan kamu. Ibu lihat
beberapa guru pun takluk dengan kamu , entah karena mereka tahu sifat kamu atau
apa. Tapi ibu mau kamu itu mandiri, maksud ibu adalah kerjakan ulanganmu
sendiri, percaya diri jangan mengikuti teman. Jika anak Indonesia begini semua
mau dibawa kemana Negara ini? Bagaimana nasibnya dikemudian hari? Apakah
ingin yang menderita tetap menderita dan yang kaya makin kaya? Semua tentang
masa depan Negara ini ada ditangan para pemudanya. Jika masih kecil saja
pemudanya berani untuk korupsi (menyontek) bagaimana nanti jika sudah menjadi
pemimpin? Apakan ingin menjadikan Indonesia sebagai Negara korupsi. Itu
keinginan kamu?”
“bukan
itu bu keinginan saya, yang saya inginkan adalah dari ujung Sumatra sampai
ujung Papuan semuanya mendapatkan fasilitas pendidikan yang memadai.”
“kalau
kamu inginkan hal itu ayolah jangan menyontek lagi dan jangan pernah
menyepelekan tugas ataupun ulanganmu.”
“Baik Bu saya pikir-pikir dulu deh, Bu. Bisa nggak ya
saya bertekad untuk tidak menyontek lagi
dan belajar semaksimal mungkin. Saya sudah boleh istirahat ya. Bu? Saya lapar
nih!”
“ya
sudah!” jawab Bu Fatmawati sambil geleng-geleng kepala.
***
Manusia
memang seharusnya mau mendengar nasihat orang lain. Karena nasehat adalah ilmu yang kita dapat dari banyak orang sebab nasehat itu datang bukan
hanya dari satu orang. Kini Cika baru menyadari betapa
dirinya betul-betul banyak diperhatikan baik oleh Lika, orangtua dan gurunya.
Kini
Cika tidak pernah menyontek lagi semua ulangan dia kerjakan sendiri. Hasil yang
tak pernah diduga menghampiri hidupnya. Cika berhasil mendapat nilai UN
tertinggi di sekolah bisa di bilang nyaris sempurna. Kesuksesan Cika tak lepas
dari perhatian keluarga dan guru-guru yang senantiasa memotifasinya untuk
menjadi manusia. Manusia yang bermanfaat untuk sekelilingnya.
Kisah
Cika dan Lika
bagaikan
mur dan sekrup yang
berbeda tetapi saling melengkapi dan membutuhkan. Mereka saling menyayangi satu
sama lain dengan memberi perhatian supaya saudaranya saling menjadi pengingat
ketika mereka sedang lalai.
*SUDAH PERNAH DIKIRIM
M30 - Grade 23 Titanium Dart-Latin, Stainless Steel - TITONIC
BalasHapusM30 ion titanium on brassy hair - Grade 23 titanium nipple bars Titanium titanium ore Dart-Latin, Stainless Steel. titanium framing hammer This fine, steel core is very lightweight with its weight and black titanium ring shape is approximately 3-4-5 centimeters long.