Sabtu, 13 September 2014

Bagai Mur dan Sekrup

Menjadi anak kembar bukan berarti  harus semuanya sama. Cika dan Lika adalah gadis kembar yang mempunyai hobi, sifat, kesukaan yang berbeda. Cika menyukai basket sedangkan Lika menyukai pramuka. Menurut Lika,  pramuka itu mempersiapkan diri menjadi manusia yang terampil dan berbudi, sedangkan menurut Cika, basket itu olahraga yang menyenangkan dan mengasyikan.
            Walau sering berbeda pandapat dan pandangan, mereka tidak pernah bertengkar alias akur-akur saja. Ketika Cika dalam masa-masa galau, Lika mencoba menghibur. Begitu pula sebaliknya. Mereka berdua benar-benar solid walau ada perbedaan dalam diri mereka.
            Suatu ketika Cika merasa iri kepada Lika. Menurut perasaannya, Lika mendapat perhatian lebih dari sang ayah. Memang perhatian ayah lebih kepada Lika tapi bukan berarti sang ayah melupakan Cika. Walau Cika berusaha melebur rasa iri kepada Lika tetap saja rasa iri itu tak bisa disembunyikan. Walau Cika tahu perhatian sang ayah semata-mata agar Lika nyaman dan melupakan sejenak penyakit yang dideritaya, tapi tetap saja  rasa iri itu ada.
            Lika membaca betul rasa iri Cika. Memang, Lika itu sakit tapi dalam sakitnya Lika tidak pernah ingin dimanja atau diperhatikan lebih karena munurut Lika jika hal demikian terjadi pasti ada hati yang merasa iri dan tersakiti. Lika sebenarnya selalu merasa bahwa sang ayah memberi perhatian lebih kepadanya, sering kali Lika berbicara kepada sang ayah untuk tidak bersikap istimewa kepadanya karena Lika tidak enak hati kepada Cika, sering kali pula sang ayah tak menghiraukan ucapan itu. Menurut sang ayah perbuatan itu semata-mata rasa kasih sayangnya kepada anak.
            “yah, Lika nggak mau terlalu diistimewakan oleh ayah, kasian Cika pasti Cika merasa iri.”
            “ayah tak pernah memberikan yang istimewa, ayah hanya khawatir, ayah hanya ingin….”
            “hanya apa yah? Hanya karna Lika punya penyakit lemah jantung? Jadi ayah mengistimewakan Lika? Yah, lika ngggak mau diistemewakan! Lika mau seperti Cika yang nggak pernah ayah larang, bebas melakukan apa yang dia mau. Lika ingin mengikuti pramuka seperti yang lain tanpa harus dilarang ngggak boleh ini itu!”
            “ ayah hanya khawatir, apa salah?”
            “ ayah memang ngggak salah tapi Lika lah yang salah karena Lika punya penyakit kaya gini!”
            Dengan menangis, Lika pergi ke kamar lalu mengunci pintu kamarnya.
Memang semenjak Lika sakit sang ayah mengawasi semua ruang lingkup Lika dan melarang Lika untuk ikut kegiatan pramuka. Ayah khawatir dengan kegiatan pramuka yang terkenal cukup menguras tenaga itu  mempengaruhi kesehatan Lika. Terlebih lagi semenjak Lika sakit dia tidak boleh kelelahan karna bisa berdampak pada kesehatannya.
“Lika buka pintunya woyyy, aku mau masuk  nih mau ngerjain tugas matematika!”
“ masuk aja ndak di kunci ko!”
“tadi kenapa marah-marah sama ayah? Pasti karena aku yah? Lika, kan sudah aku bilang jangan hirauin aku lagipula tadi aku musam itu bukan karena sikap istimewa ayah ke kamu lagi tapi karena nilai aku.”
“ah masa sih gara-gara nilai? Lika ngak percaya tuh, masa seorang Cika pusing dengan nilai?”
“terserah deh mau percaya apa ngak yang jelas sikap kamu tadi ngebuat ayah nangis tuh di kamar! Besok harus minta maaf lho.”
***
Keesokan harinya ketika sarapan Lika meminta maaf kepada sang ayah atas kejadian semalam karena tak seharusnya Lika bersikap seperti itu dan Lika berjanji kepada sang ayah bahwa Lika tidak akan menentang sang ayah lagi.
“yah, Lika sama Cika berangkat dulu yah.”
“hati-hati di jalan ya,”
“iya ayah, assalamualaikum..”
“waalaikumsalam”
Setibanya di sekoah, Cika yang semalam katanya ingin mengerjakan tugas matematika tapi tidak jadi, akhirnya menyotek kepada Wulan anak yang cukup pintar di sekolahnya (kegiatan ini jangan ditiru yahhhh).
“Lan minjem buku matematinya dong,”
“oh iya ini bukunya. Emangnya semalem kamu ngak ngerjain yah? Kenapa?” Tanya Wulan dengan suara pelannya
“ketiduran. Aku mau nyalin dulu, kamunya diem aja yah”
Kecepatan tangan Cika ternyata hebat dalam waktu 15 menit bisa di kerjakan dengan tulisan yang rapi (tapi ini bukan untuk di contoh ataupun ditiru yah). Bel masuk berbunyi dengan sikap tenang Cika menuju bangkunya. Jam pertama diisi oleh pelajaran bahasa arab. Maklum sekolah Lika dan Cika adalah Sekolah Islam jadi ada pelajaran bahasa arabnya. Menurut Cika bahasa arab itu sedikit lebih mudah dari pada bahasa inggris. Kalau menurut Lika sih sama aja toh sama-sama bahasa asing. Di pelajaran bahasa arab Cika lumayan pintar, kalau ada PR atau tugas bahasa arab, Cika tidak pernah menyontek. Ternyata hari ini ada ulangan dadakan bahasa arab. Seisi kelas panik bukan main karena tak ada pemberitahuan sebelumnya juga karena belum pada belajar bab yang akan diulangkan.
“ah elah cuma ulangan bahasa arab aja pada panik.”
“sombong kamu Cika.” Kata Restu
“ngatain aku sombong ngak aku bantu nih.”
Seperti biasa ketika ulangan bahasa arab Cika yang menjadi tempat menyonyek, tapi ketika pelajaran lain yang tak dikuasai Cika, ia juga minta bantuan kepada temannya yang jago saling bantu gitu.
“Cika apa itu?” tegur  bu Ratna
“ini bu, saya lagi sedekah kan katanya orang hidup itu harus banyak sedekah (sambil memberi kertas jawabannya kepada temannya)”
Bu Ratna hanya geleng-geleng dan tersenyum karena bu Ratna sudah tau sikap Cika. Walau dilarang berulang kali tapi tetap saja tak pernah di dengar.
***
“Cika, tadi itu ngak boleh kaya gitu!”
“kenapa sih emangnya? Toh bu Ratna juga ngak marah?”
“Tapi kan ngak baik ngasih contekan, membatu dalam keburukan dan menyontek.”
“iya, iya bu haji.”
‘jangan Cuma iya iya aja, tapi dilakuin juga dong.”
“insyaallah jika hati dan diri mau yah.”
Mungkin sudah ratusan kali Lika mengingatkan Cika tentang kelakuan buruknya itu tidak baik tapi ratusan kali pula Cika mengganggap itu hanya angin lalu saja. Guru-guru yang sudah tahu sifat Cika ketika ulangan dianggap Lika salah, seharusnya seorang guru itu memberi nilai-nilai yang baik kepada muridnya bukan malah membiarkan muridnya menyontek ataupun menjadi tempat untuk dicontek. Tapi Lika cukup salut dengan ibu Fatmawati guru bahasa Indonesia. Karena bu Fatmawati tidak pernah pandang buluh, siapa yang salah harus dihukum dan tidak membenarkan tradisi menyontek kepada anak didiknya. Maka dari itu ibu fatmawati amat disegani oleh Lika namun untuk teman-teman Lika sikap ibu Fatmawati itu menjengkelkan dan menyebalkan.
***
Cika keluar kelas untuk suatu keperluan ke kamar mandi. Saat itulah,  lagi-lagi Cika mulai melakukan kegiatan usilnya kepada teman-temannya, bukan teman perempuannya tapi teman laki-lakinya. Ketika ada anak laki-laki keluar kamar mandi, Cika dengan sengaja menyelangkat kaki anak laki-laki itu. Dengan tampang mata melotot anak laki-laki itu berterik kepada Cika.
“apa-apan ini? Salah apa aku? Ko kamu nyelengkat aku?”
“kenapa,? ngak suka? Marah?”
“dasar cewek liar!”
“siapa yang cewek liar? Dari pada kamu anak manja.”
Anak laki-laki itu berjalan menjauhi Cika. Cika pun hanya cekikikan atas ulahnya tadi. Cika terus cekikikan dikelas sampai-sampai ditegur oleh Lika.
“kamu kenapa cekikan mulu dari tadi? Adakah yang lucu di pelajaran ini?”
“tidak, hanya saja aku sedang memikirkan muka anak laki-laki yang tadi aku  selengkat. Mukanya itu.. ya ampun kalau kamu liat pasti akan tertawa terus. Mukanya itu seperti mau marah tapi mau nagis juga hahaha..”
“kamu buat ulah lagi? Cika, udah aku bilangkan jangan buat ulah lagi, jadilah seperti layaknya wanita jangan kaya laki-laki. Allah itu ngak suka sama wanita yang berpakaian dan perprilaku seperti laki-laki dan sebaliknya.”
“siapa juga yang bersikap kaya laki-laki, tadi itu Cuma iseng aja ko.”
“tapi iseng kamu itu bisa buat orang celaka.”
“maaf ni Lika, tadi kan aku niatnya cerita sama kamu bukan untuk minta pendapat atau solusi kamu dan itukan cerita aku, kalau kamu ngak suka ya udah kenapa diperdebatin kaya gini?”
“aku ngak bermaksud untuk memperdebatkan cuma mengingatkan aja.”
“kamu udah sering mengingatkan aku dan aku udah hafal banget sama pesan-pesan kamu jadi ngak usah mengingatkan lagi ataupun ceramahin aku lagi! Udah cukup bosen aku mendengar kata-kata nasehat kamu lagi.”
***
Ketika istirahat Cika dipanggil oleh kepala sekolah. Suasana  yang seharusnya tegang bisa dicairkan oleh Cika. Maklumlah guru-guru dan kepala sekolah sudah mengenal sifat Cika, lebih-lebih karena Cika sering berulahdan prestasinya yang bagus jadi cukup terkenalah Cika di kalangan guru dan kepala sekolah.

“tadi waktu kamu ke toilet, kamu apain si Dandi?”
“ngak saya apa-apain pak.”
“yang bener?”
“beneran deh pak.”
“yaudah panggil dulu sana Dandi nya suruh temuin bapak tapi kamu balik lagi kesini.”
Langsung saja Cika bergegas menanggil Dandi yang sedang berada di kantin sekolah. Dandi yang sedang menyantap mie goreng, kepalanya di di dorong ke depan oleh Cika. Sontak Dandi berdiri dan menatap Cika dengan tatapan kesal.
“udah ngak usah melotot kamu, ngadu apa kamu sama kepala sekolah? “
saya ngak ngadu apa-apa sama kepalah sekolah.”
“dasar anak aduan kamu! Dicariin tuh sama kepala sekolah suruh nemuin dia sekarang.”
Dandi bergegas  menemui kepala sekoalah, sedangkan Cika menyantap mie goreng dikantin. Dandi yang datang sendirian langsung ditanya oleh kepala sekolah dimana Cika. Dandi bilang Cika ada di kantin, sedang menyantap mie. Melalui jendela, kepala sekolah melihat Cika yang sedang makan dan kepala sekolah hanya geleng-gelang kepala.
***
Keusilan Cika tak berhenti sampai disitu, setiap ada yang ulang tahun dan berniat untuk diceploki, Cika sudah siap untuk ikut-ikutan walau Cika tidak mengenal orang yang dia ceploki. Karena keusilannya itu ketika Cika ulang tahun orang-orang yang diceploki Cika membalaskan dengan hal sama. Walau pun Cika tak pernah memberitahu kan tanggal ulang tahunnya tapi entah mengapa orang-orang itu tahu, mungkin karena Cika adalah saudara kembar Lika dan orang-orang itu tahu tanggal ulang tahunnya Lika dan pastilah anak kembar itu lahirnya sama dan ternyata benar. Pada tanggal 22 September (hari ulang tahun Cika dan Lika), Cika di ceploki dengan telor, tepung terigu, air kolam ikan dan pokonya ulang tahun Cika merupakan ulang tahun terheboh di sekolahnya. Tak terbayangkan betapa bau,kotor dan lengketnya Cika.
“huaaaa bau banget nih, badanku.”
“makanya kalau ada yang ulang tahun  jangan ikut-ikutan ceplokin, jadi kena sendiri kan akibatnya, bau dah tu badan ihhhh.”
“tapikan aku Cuma ikut-ikutan aja, ko mereka balesnya sadis banget sih.”
“udah sana mandi sabunya udah disiapin 2 tuh sama ayah hehehehe.”
“setelah mandi kamu sama Lika ke rumah bude Ratna yah, ambil pesanan ayah.”
“iya yah.”
Acara mandipun selesai tapi badan Cika masih saja bau amis padahal sudah 2 sabun Cika pakai untuk membersihkan dirinya tapi tetap saja bau amis di tubuhnya masih tercium. Walau bau amis dalam tubuhnya masih tercium, Cika tetap cuek dan langsung bergegas ke rumah bude Ratna untuk mengambil pesananan ayah.
***
Sesampainya dirumah bude Ratna, bukannya mengambilkan pesanan ayah malah sibuk mencari mengharum ruangan karena ruanggannya bau amis.
“bude jahat banget sih.”
“jahat kenapa? bude cuma menyemprotkan pengharum ruangan karena ruangan ini bau amis. Ini juga supaya kamu nyaman.”
“tapi sikap bude itu buat aku tersinggung.”
“tersinggung kenapa?”
“Cika itu tersinggung karena bude nyemprotin pengharum ruangan terus, karena bau amisnya itu dari badan Cika yang tadi abis diceplokin sama temen-temen satu sekolah.”
“maaf Cika bude tidak tahu, yasudah bude ambilkan pesanan ayahmu dulu kalian tungggu disini.”
Cukup lama juga Cika dan Lika menunggu bude. Ketika bude kembali, bude membawa dua bungkusan kata bude bungkusan yang hitam itu pesanan ayah sedangkan yang putih itu ramuan untuk menghilangkan bau amis di badan Cika. Bude tidak mau besok ketika disekolah Cika diolok-olok oleh teman-temannya karena bau amis itu. Cika dan Lika pun berpamitan kepada bude Ratna dan mengucapkan terimakasih untuk ramuannya.
                                                            ***
          Hari ini ada ulangan bahasa Indonesia. Seperti biasa Cika akan memulai aksinya untuk menyontek. Padahal Cika itu bisa namun hanya malas dan alasannya untuk bahasa Indonesia adalah kertas soal-soalnya kaya Koran, lebar dan bacaannya panjang.
            “kamu lagi ngapain Cika!” Tanya bu Fatmawati
            “biasa bu dapet sodakoh dari temen.”
            “kembalikan lagi sodakoh itu. Atau nilai kamu ibu buat 0?”
            “iya bu, ini saya kembalikan lagi sama orangnya.”
“istirahat kamu temui ibu dikantor.”
Baik Bu.”
***
Bel intirahat berbunyi, dalam hati Cika takut menghadap ke bu Fatmawati namun jika tidak menghadap Cika takut nanti orang tua akan dibawa-bawa. Akhirnya dengan memberanikan diri Cika menemui ibu Fatmawati.
“maaf bu, ada apa ibu menyuruh kesini?”
“duduklah. Ibu tidak suka dengan sikap ngeleneh, cuek dan masa bodoan kamu. Ibu lihat beberapa guru pun takluk dengan kamu , entah karena mereka tahu sifat kamu atau apa. Tapi ibu mau kamu itu mandiri, maksud ibu adalah kerjakan ulanganmu sendiri, percaya diri jangan mengikuti teman. Jika anak Indonesia begini semua mau dibawa kemana Negara ini? Bagaimana nasibnya dikemudian hari? Apakah ingin yang menderita tetap menderita dan yang kaya makin kaya? Semua tentang masa depan Negara ini ada ditangan para pemudanya. Jika masih kecil saja pemudanya berani untuk korupsi (menyontek) bagaimana nanti jika sudah menjadi pemimpin? Apakan ingin menjadikan Indonesia sebagai Negara korupsi. Itu keinginan kamu?”
“bukan itu bu keinginan saya, yang saya inginkan adalah dari ujung Sumatra sampai ujung Papuan semuanya mendapatkan fasilitas pendidikan yang memadai.”
“kalau kamu inginkan hal itu ayolah jangan menyontek lagi dan jangan pernah menyepelekan tugas ataupun ulanganmu.”
Baik Bu saya pikir-pikir dulu deh, Bu. Bisa nggak ya saya  bertekad untuk tidak menyontek lagi dan belajar semaksimal mungkin. Saya sudah boleh istirahat ya. Bu? Saya lapar nih!”
“ya sudah!” jawab Bu Fatmawati sambil geleng-geleng kepala.
***
Manusia memang seharusnya mau mendengar nasihat orang lain. Karena nasehat adalah ilmu yang kita dapat dari  banyak orang sebab nasehat itu datang bukan hanya dari satu orang. Kini Cika baru menyadari betapa dirinya betul-betul banyak diperhatikan baik oleh Lika, orangtua dan gurunya.
Kini Cika tidak pernah menyontek lagi semua ulangan dia kerjakan sendiri. Hasil yang tak pernah diduga menghampiri hidupnya. Cika berhasil mendapat nilai UN tertinggi di sekolah bisa di bilang nyaris sempurna. Kesuksesan Cika tak lepas dari perhatian keluarga dan guru-guru yang senantiasa memotifasinya untuk menjadi manusia. Manusia yang bermanfaat untuk sekelilingnya.

Kisah Cika dan Lika bagaikan mur dan sekrup yang berbeda tetapi saling melengkapi dan membutuhkan. Mereka saling menyayangi satu sama lain dengan memberi perhatian supaya saudaranya saling menjadi pengingat ketika mereka sedang lalai.

*SUDAH PERNAH DIKIRIM

1 komentar:

  1. M30 - Grade 23 Titanium Dart-Latin, Stainless Steel - TITONIC
    M30 ion titanium on brassy hair - Grade 23 titanium nipple bars Titanium titanium ore Dart-Latin, Stainless Steel. titanium framing hammer This fine, steel core is very lightweight with its weight and black titanium ring shape is approximately 3-4-5 centimeters long.

    BalasHapus