Bulan ramadhan sudah di
depan mata, persiapan apa yang sudah kalian lakukan? Membuat kue? Beli baju
baru untuk hari raya? Mendata siapa saja yang nanti dimintai uang?
Pertanyaannya adalah bagaimana dengan prestasi kalian?
Menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia prestasi adalah hasil yang
telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
Prestasi di bulan Ramadhan?
Sepertinya biasa-biasa saja tidak meningkat dan tidak menurun juga. Nilai
akademik sama saja hanya saja rasa kantuk yang sering melanda.
Apakah prestasi hanya ukuran
untuk nilai akdemik? Sayangnya, penulis
tidak akan membahas prestasi akademik di bulan ramadhan tapi prestasi non
akademiknya.
“Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan bagi kamu berpuasa sebagiamana telah diwajibkan bagi
orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa” (QS Al-Baqarah:183)
Pasti pada tahu dan hafalkan
surat ini. Lantas apa hubungannya dengan
prestasi? Ingatkah ketika dulu kita masih kanak-kanak, dimana kita dilatih
berpuasa dengan berbuka ketika mendengar adzan dzuhur. Secara bertahap orang
tua kita menambahkan satu jam untuk waktu kita berbuka sampai kita benar-benar
puasa satu hari. Masih ingatkah dengan masa itu? Bukankah itu suatu prestasi?
Prestasi dalam hal ibadah,
pelatihan berpuasa secara bertahap yang di lakukan oleh orang tua. Orang tua
memainkan perannya.
Bahkan sampai sekarang cukup
banyak dijumpai orang tau yang melatih anaknya berpuasa dengan cara seperti
itu. Selain itu orang tua juga memberikan nasehat tentang bulan ramadhan.
Anak-anak yang dilatih
berpuasa dengan bertahap hingga akhirnya berpuasa satu hari, itu namanya
prsetasi dalam hal ibadah. Jadi prestasi bukan hanya akademik kan? Bukan hanya
nilai matematika tinggi, sejarah nilainya tingga ataupun nilai-nilai lainnya.
Cukup ironis memang, karena
yang terlintas adalah prestasi itu adalah mendapat juara umum di kelas, jago
matematika, sedangkan prestasi dalam hal ibadah cukup sedikit yang diacungi
jempol.
Prestasi, oke! Masih banyak
prestasi lainnya yang bisa kita dapatkan di bulan ramadhan. Di bulan-bulan
biasa mungkin kita sering marah, kurang bisa menahan emosi, sering berkata
kotor kepada teman dengan memanggil dengan panggilan tertentu, berdusta dan
lain hal.
Pernahkan kita temui hal-hal
itu di bulan ramadhan? Memang masih ada tapi sedikit ke kontrol, mungkin karena
hal ini.
“Diriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila seseorang daripada kamu sedang berpuasa pada suatu
hari, janganlah berbicara tentang perkara yang keji dan kotor. Apabila dia
dicaci maki atau diajak berkelahi oleh seseorang, hendaklah dia berkata:
Sesumgguhnya hari ini aku berpuasa, sesungguhnya hari ini aku berpuasa” (H.R
Bukhari-Muslim)
Atau karena mereka takut
puasa mereka sia-sia dan hanya menahan haus dan lapar tanpa mendapat pahala.
“Dari Abu Hurairah r.a
berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: Barangsiapa tidak meniggalkan ucapan dusta
dan berbuat jahat (padahal dia berpuasa), maka Allah tidak butuh ia
meninggalkan makan dan minum.” (H.R Bukhari)
Bukankah di bulan ramadhan
jarang kita temui orang-orang yang berkata kasar, berdusta, berbohong dan
perilaku buruk lainnya, kalau pun ada tidak sesering sebelum atau sesudah bulan
ramadhan. Itu menandakan adanya prestasi perubahan ke arah yang lebih baik di
bulan ramadhan.
Di bulan ramadhan banyak
kita jumpai oarang-orang yang meramaikan masjid, sholat tepat waktu khususnya,
padahal sebelum belum ramadhan sholatnya bolong dan baru sholat ketika disuruh.
Jujur, memang suasana ketika
bulan ramadhan dengan bulan lainya berbeda. Di bulan ramadhan kita semangat
sekali beribadah, jika yang berhasil menggapai hidayah bulan ramadhan maka
kenikmatan ibadah itu akan terus berlanjut tapi jika hanya hangat-hangat tahi
ayam, maka selepas hari raya kembali kepada kebiasaan awal.
Sholat tepat waktu dan lima
waktu bukankah itu prestasi? Terlebih jika di bulan selain ramadhan untuk
ibadah saja harus di suruh oleh orang tua atau orang tua harus marah-marah
dulu. Terlebih lagi jika sholat berjamaah di masjid, berarti telah ada suatu
interaksi dan sosialisasi.
Di bulan ramadhan biasanya
banyak sekali kegitan seminar, tadarusan di masjid dekat rumah atau kegiatan
kerohanian lainnya. Ramadhan sebagai bulan penempa, pemproses sebuah diri menjadi diri atau pemuda islami yang qur’ani.
Seminar cukup menjamur
ketika bulan ramadhan. Seminar bukan hanya tempat kita duduk dan mendengarkan
begitu saja isi seminar tapi diluar itu ada tugas yang kita emban. Tugas dimana
kita yang harus menyampaikan langsung kepada masyarakat. Hubungan dan
sosialisasi kita lakukan.
Kawan, ketika kita datang ke
seminar, bukan hanya kita saja yang menikmati ilmu baru itu. Seminar itu di
katakan sukses jika orang yang ikut dalam seminar-seminar itu melakukan
tindakan langsung dan menyampaikan kepada masyarakat. Seperti pesan berantai.
Rutinitas yang paling sering
dilakukan ketika bulan ramadhan adalah target tilawah. Kadang kita menargetkan
untuk tilawah satu hari itu satu juz jadi ketika bulan ramadhan selesai kita
sudah khatam.
Yang perlu diingat adalah
target tilawah untuk wanita. Wanita tidak cukup satu hari hanya satu juz. Bukan
bermaksud membedakan tapi wanita di beri keistimewaan lebih oleh Allah, di beri
waktu libur. Jadi, setidaknya dua sampai tiga juz per hari.
Lagi-lagi pertanyaan yang
muncul adalah, seberapa produktifkah kita ketika bulan ramadhan? Ada saja
orang-orang yang menghabiskan bulan ramadhan dengan sia-sia. Maksudnya mereka
berpaku dengan rutinitas tidur. Seharusnya rutinitas itu di jauhkan
sejauh-jauhnya dari pikiran kita.
Kawan, bulan ramadhan itu
bukan waktunya untuk bermalas-malasan dengan alasan karena sedang berpuasa
tapi, seharusnya kita padatkan dengan kegiatan yang syarat akan manfaat.
Mungkin tidur bisa membantu
kita tapi ada hal lain yang mampu dan ampuh untuk di lakukan ketika bulan
ramadhan. Apa itu? Tilawah, sholat wajib dan sunah, dan membuat suatu rutinitas
di rumah.
Rutinitas itu bervariasi,
tergantung dari diri individu masing-masing. Yang terpenting ketika bulan
ramadhan produktifitas tidak menurun.
Kawan, pernahkah kalian
membuat jadwal bulan ramadhan? Jadwal yang berisi kegiatan apa saja yang akan
kalain lakukan ketika bulan ramadhan, termasuk target-target kalian. Target
tilawah, target hafalan, dan target-target lainnya.
Jadwal yang bisa membuat
kalian bisa disiplin di bulan ramadhan. Jadwal yang membuat kalian penuh dengan
optimisme dengan bulan ramadhan. Jadwal yang menjadi pengingat kalian.
Ironi yang melanda pemuda
saat ini adalah rutinitas menunggu waktu adzan magrib. Mereka lebih memilih
jalan-jalan, bersafari mengitari makanan, nongkrong
di mall, suatu kegiatan yang tidak bermanfaat tentunya. Dimana letak
produktifitasnya? Jelas tidak ada.
Seharusya waktu-waktu
seperti itu dimanfaatkan dengan baik. Dengan cara bisa membantu orang tua
menyiapkan makanan berbuka. Membantu atau menyediakan makanan untuk orang yang
sedang berpuasa itu mendapat pahala lho.
“Barangsiapa menyediakan
makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, niscahya ia akan mendapat pahala
seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu
sedikitpun” (H.R Ahmad dan An Nasai)
Bulan ramadhan juga identik
dengan sholat tarawih. Bagiamana dengan sholat tarawih ramadhan kemarin? Masih
mau bermalas-malasan dan bermain bola bekel ketika sholat tarawih? Atau sholat
tarawih kilat?
Seminggu atau dua minggu
awal ramadhan, masjid-masjid masih ramai dengan jamaah yang sholat tarawih tapi
memasuki hari ke dua puluh satu shaf jamaah semakin maju. Ada apa dengan muslim
saat ini? Dimana mereka ? Seharusnya
sholat tarawih itu tidak bolong karena hanay dilakukan di bulan ramadhan dan
tidak kita temui di bulan lainnya.
Dimana prestasi oke nya jika
yang sholat tarawih makin hari semakin maju shaf nya. Katanya, ramadhan datang,
prestasi oke? Jika prestasi oke, maka tugas kita adalah tetap menjaga sholat
tarawih kita sampai hari terakhir bulan ramadhan.
Kawan, bulan ramadhan bulan
tempaan dan bukan bulan untuk bermalas-malasan. Masa mau pahala yang Allah
berikan disia-siakan begitu saja. Bulan ramadhan adalah bulan produktifitas .
Di bulan ramadhan juga kita
bisa menempatkan diri dalam masyarat. Contoh kecilnya adalah kuliah subuh. Kita
tahu betapa sulitnya bangun untuk sholat subuh, tapi di bulan ramadhan alasan
itu tidak berguna.
Kita sahur sebelum subuh dan
ketika sahur usahakan jangan tidur lagi. Ketika adzan subuh berkumandang kita
bisa bergegas ke masjid atau mushola dekat rumah. Mengapa kuliah subuh bisa
menjadi ajang menempatkan diri dalam masyarakat?
Kita sering kali sibuk
dengan kerjaan kita, sekolah, atau hal-hal yang lain yang terkadang membuat
kita lupa akan sosialisasi kepada masyarakat. Kuliah subuh bisa dijadikan ajang
itu, itu baru contoh kecilnya. Bisa juga dengan sholat tarawih, tapi jika
berbicara tantangan yang lebih maka kuliah subuh jawabannya.
Berbicara tentang Ramadhan
Datang, Prestasi Oke! Keberhasilan sosialisasi kita kepada masyarakat merupakan
prestasi juga lho. Apalagi jika kita mempunyai sikap yang mudah bergaul dan
membaca situasi, jadi bukan hanya urusan manusia dengan Allah yang terlaksana
dalam bulan ramadhan tapi juga hubungan manusia dengan sesama manusia.
Ramadhan datang, prestasi
oke. Hal yang saling berkaitan bukan.terkadang kita cukup lengah karena selalu
di doktrin prestasi itu akademik dan sekarang saatnya keluar dari doktrin itu.
Prestasi tidak hanya akademik tapi juga non akademik.
Bulan ramadhan adalah bulan
produktif bukan bulan untuk bermalas-malasan. Prestasi harus oke dan harus ada
peningkatan dari tahun-tahun, bulan-bulan, atau hari-hari sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar