Sabtu, 13 September 2014

Ramadhan Datang, Prestasi Oke

Bulan ramadhan sudah di depan mata, persiapan apa yang sudah kalian lakukan? Membuat kue? Beli baju baru untuk hari raya? Mendata siapa saja yang nanti dimintai uang? Pertanyaannya adalah bagaimana dengan prestasi kalian?
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia  prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
Prestasi di bulan Ramadhan? Sepertinya biasa-biasa saja tidak meningkat dan tidak menurun juga. Nilai akademik sama saja hanya saja rasa kantuk yang sering melanda.
Apakah prestasi hanya ukuran untuk nilai akdemik?  Sayangnya, penulis tidak akan membahas prestasi akademik di bulan ramadhan tapi prestasi non akademiknya.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagi kamu berpuasa sebagiamana telah diwajibkan bagi orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa” (QS Al-Baqarah:183)
Pasti pada tahu dan hafalkan surat ini.  Lantas apa hubungannya dengan prestasi? Ingatkah ketika dulu kita masih kanak-kanak, dimana kita dilatih berpuasa dengan berbuka ketika mendengar adzan dzuhur. Secara bertahap orang tua kita menambahkan satu jam untuk waktu kita berbuka sampai kita benar-benar puasa satu hari. Masih ingatkah dengan masa itu? Bukankah itu suatu prestasi?
Prestasi dalam hal ibadah, pelatihan berpuasa secara bertahap yang di lakukan oleh orang tua. Orang tua memainkan perannya.  
Bahkan sampai sekarang cukup banyak dijumpai orang tau yang melatih anaknya berpuasa dengan cara seperti itu. Selain itu orang tua juga memberikan nasehat tentang bulan ramadhan.
Anak-anak yang dilatih berpuasa dengan bertahap hingga akhirnya berpuasa satu hari, itu namanya prsetasi dalam hal ibadah. Jadi prestasi bukan hanya akademik kan? Bukan hanya nilai matematika tinggi, sejarah nilainya tingga ataupun nilai-nilai lainnya.
Cukup ironis memang, karena yang terlintas adalah prestasi itu adalah mendapat juara umum di kelas, jago matematika, sedangkan prestasi dalam hal ibadah cukup sedikit yang diacungi jempol.
Prestasi, oke! Masih banyak prestasi lainnya yang bisa kita dapatkan di bulan ramadhan. Di bulan-bulan biasa mungkin kita sering marah, kurang bisa menahan emosi, sering berkata kotor kepada teman dengan memanggil dengan panggilan tertentu, berdusta dan lain hal.
Pernahkan kita temui hal-hal itu di bulan ramadhan? Memang masih ada tapi sedikit ke kontrol, mungkin karena hal ini.
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila seseorang  daripada kamu sedang berpuasa pada suatu hari, janganlah berbicara tentang perkara yang keji dan kotor. Apabila dia dicaci maki atau diajak berkelahi oleh seseorang, hendaklah dia berkata: Sesumgguhnya hari ini aku berpuasa, sesungguhnya hari ini aku berpuasa” (H.R Bukhari-Muslim)
Atau karena mereka takut puasa mereka sia-sia dan hanya menahan haus dan lapar tanpa mendapat pahala.
“Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah s.a.w bersabda: Barangsiapa tidak meniggalkan ucapan dusta dan berbuat jahat (padahal dia berpuasa), maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minum.” (H.R Bukhari)
Bukankah di bulan ramadhan jarang kita temui orang-orang yang berkata kasar, berdusta, berbohong dan perilaku buruk lainnya, kalau pun ada tidak sesering sebelum atau sesudah bulan ramadhan. Itu menandakan adanya prestasi perubahan ke arah yang lebih baik di bulan ramadhan.
Di bulan ramadhan banyak kita jumpai oarang-orang yang meramaikan masjid, sholat tepat waktu khususnya, padahal sebelum belum ramadhan sholatnya bolong dan baru sholat ketika disuruh.
Jujur, memang suasana ketika bulan ramadhan dengan bulan lainya berbeda. Di bulan ramadhan kita semangat sekali beribadah, jika yang berhasil menggapai hidayah bulan ramadhan maka kenikmatan ibadah itu akan terus berlanjut tapi jika hanya hangat-hangat tahi ayam, maka selepas hari raya kembali kepada kebiasaan awal.
Sholat tepat waktu dan lima waktu bukankah itu prestasi? Terlebih jika di bulan selain ramadhan untuk ibadah saja harus di suruh oleh orang tua atau orang tua harus marah-marah dulu. Terlebih lagi jika sholat berjamaah di masjid, berarti telah ada suatu interaksi dan sosialisasi.
Di bulan ramadhan biasanya banyak sekali kegitan seminar, tadarusan di masjid dekat rumah atau kegiatan kerohanian lainnya. Ramadhan sebagai bulan penempa, pemproses sebuah  diri menjadi diri atau pemuda islami yang qur’ani.
Seminar cukup menjamur ketika bulan ramadhan. Seminar bukan hanya tempat kita duduk dan mendengarkan begitu saja isi seminar tapi diluar itu ada tugas yang kita emban. Tugas dimana kita yang harus menyampaikan langsung kepada masyarakat. Hubungan dan sosialisasi kita lakukan.
Kawan, ketika kita datang ke seminar, bukan hanya kita saja yang menikmati ilmu baru itu. Seminar itu di katakan sukses jika orang yang ikut dalam seminar-seminar itu melakukan tindakan langsung dan menyampaikan kepada masyarakat. Seperti pesan berantai.
Rutinitas yang paling sering dilakukan ketika bulan ramadhan adalah target tilawah. Kadang kita menargetkan untuk tilawah satu hari itu satu juz jadi ketika bulan ramadhan selesai kita sudah khatam.
Yang perlu diingat adalah target tilawah untuk wanita. Wanita tidak cukup satu hari hanya satu juz. Bukan bermaksud membedakan tapi wanita di beri keistimewaan lebih oleh Allah, di beri waktu libur. Jadi, setidaknya dua sampai tiga juz per hari.
Lagi-lagi pertanyaan yang muncul adalah, seberapa produktifkah kita ketika bulan ramadhan? Ada saja orang-orang yang menghabiskan bulan ramadhan dengan sia-sia. Maksudnya mereka berpaku dengan rutinitas tidur. Seharusnya rutinitas itu di jauhkan sejauh-jauhnya dari pikiran kita.
Kawan, bulan ramadhan itu bukan waktunya untuk bermalas-malasan dengan alasan karena sedang berpuasa tapi, seharusnya kita padatkan dengan kegiatan yang syarat akan manfaat.
Mungkin tidur bisa membantu kita tapi ada hal lain yang mampu dan ampuh untuk di lakukan ketika bulan ramadhan. Apa itu? Tilawah, sholat wajib dan sunah, dan membuat suatu rutinitas di rumah.
Rutinitas itu bervariasi, tergantung dari diri individu masing-masing. Yang terpenting ketika bulan ramadhan produktifitas tidak menurun. 
Kawan, pernahkah kalian membuat jadwal bulan ramadhan? Jadwal yang berisi kegiatan apa saja yang akan kalain lakukan ketika bulan ramadhan, termasuk target-target kalian. Target tilawah, target hafalan, dan target-target lainnya.
Jadwal yang bisa membuat kalian bisa disiplin di bulan ramadhan. Jadwal yang membuat kalian penuh dengan optimisme dengan bulan ramadhan. Jadwal yang menjadi pengingat kalian.
Ironi yang melanda pemuda saat ini adalah rutinitas menunggu waktu adzan magrib. Mereka lebih memilih jalan-jalan, bersafari mengitari makanan, nongkrong di mall, suatu kegiatan yang tidak bermanfaat tentunya. Dimana letak produktifitasnya? Jelas tidak ada.
Seharusya waktu-waktu seperti itu dimanfaatkan dengan baik. Dengan cara bisa membantu orang tua menyiapkan makanan berbuka. Membantu atau menyediakan makanan untuk orang yang sedang berpuasa itu mendapat pahala lho.
“Barangsiapa menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, niscahya ia akan mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun” (H.R Ahmad dan An Nasai)
Bulan ramadhan juga identik dengan sholat tarawih. Bagiamana dengan sholat tarawih ramadhan kemarin? Masih mau bermalas-malasan dan bermain bola bekel ketika sholat tarawih? Atau sholat tarawih kilat?
Seminggu atau dua minggu awal ramadhan, masjid-masjid masih ramai dengan jamaah yang sholat tarawih tapi memasuki hari ke dua puluh satu shaf jamaah semakin maju. Ada apa dengan muslim saat ini?  Dimana mereka ? Seharusnya sholat tarawih itu tidak bolong karena hanay dilakukan di bulan ramadhan dan tidak kita temui di bulan lainnya.
Dimana prestasi oke nya jika yang sholat tarawih makin hari semakin maju shaf nya. Katanya, ramadhan datang, prestasi oke? Jika prestasi oke, maka tugas kita adalah tetap menjaga sholat tarawih kita sampai hari terakhir bulan ramadhan.
Kawan, bulan ramadhan bulan tempaan dan bukan bulan untuk bermalas-malasan. Masa mau pahala yang Allah berikan disia-siakan begitu saja. Bulan ramadhan adalah bulan produktifitas .
Di bulan ramadhan juga kita bisa menempatkan diri dalam masyarat. Contoh kecilnya adalah kuliah subuh. Kita tahu betapa sulitnya bangun untuk sholat subuh, tapi di bulan ramadhan alasan itu tidak berguna.
Kita sahur sebelum subuh dan ketika sahur usahakan jangan tidur lagi. Ketika adzan subuh berkumandang kita bisa bergegas ke masjid atau mushola dekat rumah. Mengapa kuliah subuh bisa menjadi ajang menempatkan diri dalam masyarakat?
Kita sering kali sibuk dengan kerjaan kita, sekolah, atau hal-hal yang lain yang terkadang membuat kita lupa akan sosialisasi kepada masyarakat. Kuliah subuh bisa dijadikan ajang itu, itu baru contoh kecilnya. Bisa juga dengan sholat tarawih, tapi jika berbicara tantangan yang lebih maka kuliah subuh jawabannya.
Berbicara tentang Ramadhan Datang, Prestasi Oke! Keberhasilan sosialisasi kita kepada masyarakat merupakan prestasi juga lho. Apalagi jika kita mempunyai sikap yang mudah bergaul dan membaca situasi, jadi bukan hanya urusan manusia dengan Allah yang terlaksana dalam bulan ramadhan tapi juga hubungan manusia dengan sesama manusia.
Ramadhan datang, prestasi oke. Hal yang saling berkaitan bukan.terkadang kita cukup lengah karena selalu di doktrin prestasi itu akademik dan sekarang saatnya keluar dari doktrin itu. Prestasi tidak hanya akademik tapi juga non akademik.
Bulan ramadhan adalah bulan produktif bukan bulan untuk bermalas-malasan. Prestasi harus oke dan harus ada peningkatan dari tahun-tahun, bulan-bulan, atau hari-hari sebelumnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar