I. Mukadimah
Kata pertarungan bermakna pertempuran dan peperangan. Satu kata yang
siapapun juga pasti tidak menyukainya. Namun manusia mau tidakmau harus
melakukannya, paling tidak ia harus menghadapi serangan dan godaan musuh
utama hidupnya yaitu Iblis dan setan yang senantiasa berusaha untuk
menyesat dan menghancurkannya. Karena itulah Al-Qur’an meanyatakan
kepada kita, bahwa kita harus berperang.
“Diwajibkan
atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu
Benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (al-Baqarah (2)
: 216)
II. Iblis, Setan, dan Pasukannya
Iblis adalah satu makhluk dari bangsa jin yang diciptakan oleh Allah
dari api yang sangat panas. Penciptaannya lebih dahulu dari manusia
(Adam). Hal ini dijelaskan oleh Al-Qur`an.
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (al-Hjir (15) : 27)
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah
kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari
golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu
mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain
daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu
sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.” (al-Kahfi
(18) : 50)
Awalnya, ia hidup bersama-sama dengan
satu komunitas malaikat. Namun akhirnya ia terusir, disebabkan
kesombongannya untuk menaati perintah Allah agar sujud kepada Nabi Adam.
Ia merasa lebih baik dan lebih senior sehingga tidak laik bagi dirinya
untuk tunduk kepada perintah tersebut. Hal ini dinyatakan dalam firman
Allah Ta’ala.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan
kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para
malaikat, ‘Bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun bersujud
kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman,
‘Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku
menyuruhmu?’ Menjawab iblis, ‘Saya lebih baik daripadanya. Engkau
ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.’”
(al-A’raaf (7) : 11-12)
Saat iblis diusir dari
surga, ia mendapat jaminan usia hidup sampai hari kiamat dan kebebasan
menggoda untuk menyesatkan Adam dan keturunannya.
“Allah berfirman, ‘Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya
menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu
termasuk orang-orang yang hina.’ Iblis menjawab, ‘Beri tangguhlah saya
sampai waktu mereka dibangkitkan.’ Allah berfirman, ‘Sesungguhnya kamu
termasuk mereka yang diberi tangguh.’ Iblis menjawab, ‘Karena Engkau
telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya
akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan
dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur (taat).’” (al-A’raaf (7) : 13-17)
Adam dan
istrinya adalah dua orang pertama yang berhasil digoda oleh Iblis yang
menyebabkan keduanya harus keluar dari surga dan turun ke bumi.
“Dan Kami berfirman, ‘Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga
ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja
yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan
kamu termasuk orang-orang yang zalim.’ Lalu keduanya digelincirkan oleh
seitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami
berfirman, ‘Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain,
dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai
waktu yang ditentukan.’” (al-Baqarah (2) : 35-36)
Sejak saat itu dimulailah pertarungan abadi antara umat manusia melawan
iblis dan balatentaranya. Hal ini dijelaskan oleh Al-Qur`an.
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada
keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu
dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami
telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang
yang tidak beriman.” (al-A’raaf (7) : 27)
Selama
pertarungan itu, selain berusaha untuk menyesatkan manusia, iblis juga
melakukan rekruitmen dari bangsanya sendiri (jin) dan manusia. Mereka
yang berhasil direkrut itu disebut setan. Jadi, dalam hal ini setan
bukanlah sejenis makhluk, melainkan sifat-sifat buruk yang tidak ada
kebaikannya sama sekali pada bangsa jin dan manusia yang menjadi anak
buah iblis atau paling tidak dipengaruhinya (al-An’aam: 112 dan
al-Anfaal: 48). Kelompok ini di dalam Al-Qur`an disebut hizbusy-syaithan
yang berarti “Partai Setan” (al-Mujaadilah: 19). Lawannya adalah
hizbullah atau “Partai Allah” (al-Mujaadilah: 22 dan al-Maa`idah: 56).
Kelompok setan berusaha dengan sekuat tenaga untuk menyelewengkan anak
manusia yang beriman agar berpaling dari ajaran Islam. Dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Sabrah bin Fakih, bahwasanya Rasulullah
saw. bersabda,
“Sesungguhnya setan itu duduk untuk
menghadang manusia di beberapa jalan. Ia duduk di jalan keislaman. Ia
berkata kepada orang yang hendak memeluk agama Islam, ‘Apakah engkau
akan masuk agama Islam? Apakah engkau akan meninggalkan agamamu sendiri
dan agama nenek moyangmu?’ Orang itu tidak mempedulikannya lalu terus
saja memeluk Islam. Lalu ia duduk di jalan hijrah. Ia berkata di jalan
hijrah, ‘Apakah engkau hendak berhijrah? Apakah engkau akan meninggalkan
bumi dan langitmu?’ Orang itu tidak memperhatikan seruannya dan terus
saja berhijrah. Ia duduk di jalan jihad. Ia berkata kepada orang yang
hendak berjihad, ‘Apakah engkau hendak berjihad?’ Padah jihad itu adalah
kebinasaan harta dan jiwa. Apakah engkau hendak berperang lalu engkau
dibunuh, istrimu lalu kawin lagi dan hartamu dibagi-bagi?’ Orang itu
tidak mempedulikannya dan terus saja berjihad. Selanjutnya Rasulullah
saw. bersabda, ‘Maka, barangsiapa yang melakukan demikian (yakni tidak
mengikuti ajakan setan) kemudian meninggal dunia, maka haknyalah bagi
Allah untuk memasukkannya ke dalam surga.’” [1]
Adapun beberapa hal yang harus kita ketahui mengenai setan dan iblis adalah sebagai berikut.
1. Setan identik dengan iblis
Setan identik dengan iblis. Namun, dengan menyandang nama setan, ia
bukan hanya membangkang atas perintah Allah SWT, tetapi sebagaimana
iblis, ia juga sebagai penggoda manusia. Kegiatan setan menggoda itu
adalah tugas iblis, setelah manusia diciptakan. Hal ini tercantum dalam
firman Allah.
“Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak
(ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?” Berkata Iblis: “Aku
sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah
menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam
yang diberi bentuk” Allah berfirman: “Keluarlah dari surga,
karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap
menimpamu sampai hari kiamat”. Berkata iblis: “Ya Tuhanku, (kalau
begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia)
dibangkitkan Allah berfirman: “(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu
termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai hari (suatu) waktu yang
telah ditentukan. Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau
telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka
memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan
menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis
di antara mereka.” (al Hjir (15) : 32-40)
2. Diantara jin dan manusia, ada yang menjadi setan.
“Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan
menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan
(bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan)
ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (an-Naas (114) :
1-6)
Menurut keterangan ahli hadits dari kalangan
tabi’in, antara lain Abu Qatadah ( 61-118 H) dan Hasan al Bashri (21-110
H), di antara jin dan manusia ada yang menjadi setan. Pendapat ini
diperkuat oleh dialog Abu Dar dengan Nabi Muhammad saw.
Rasulullah saw. bertanya, “Wahai, Abu Dar, apakah kamu telah memohon
perlindungan kepada Allah dari kejahatan-kejahatan setan yang berasal
dari jin dan manusia?” Abu Dar bertanya, ” Ya Rasulullah, adakah
setan-setan berasal dari manusia ?” Nabi saw. bersabda, “Ya, benar-benar
ada.” (HR Ahmad bin Hambal) [2]
3. Dalam diri setiap manusia ada setan yang berjalan sesuai dengan aliran darah.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a., istri Rasulullah, ia berkata, ”Pada
suatu malam Rasulullah keluar dari rumahku dan aku cemburu kepadanya.
Maka, aku pun mengikutinya. Rasulullah mengetahui apa yang aku perbuat,
hingga ia bersabda, ‘Apa yang terjadi denganmu, apakah engkau cemburu.?’
Maka, aku menjawab, ’Bagaimana orang seperti aku tidak cemburu kepada
orang seperti engkau, ya Rasulullah?’ Maka Rasulullah bersabda, ‘Atau
telah datang kepadamu setanmu?’ Maka, Aku berkata, ’Ya Rasulullah,
apakah bersamaku ada setan?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya.’ Aku berkata
lagi, ‘Dan apakah bersama setiap manusia ada setan?’ Rasulullah
menjawab, ‘Ya.’ Aku pun brertanya lagi kepadanya, ‘Apakah beramamu jua
ada setan?’ Dia menjawab, ‘Ya. Akan tetapi, Allah menolongku untuk
mengalahkannya hingga setan itu menyerah.’” (HR. Muslim) [3]
Setan yang ada bersama manusia itu bejalan sesuai dengan aliran darah
dalam tubuh. Diriwayatkan dari Shafiyah, istri Rasulullah saw., ia
berkata, ”Pernah Rasulullah beri’tikaf, dan aku pun datang
mengunjunginya di malam hari. Maka, aku berbincang bersamanya, kemudian
aku bangkit untuk pulang, dan beliau pun mengikutiku bangkit untuk
menemaniku pulang. Konon, rumah Shafiyah itu berada di perkampungan
Usamah bin Zaid. Saat itu, lewatlah dua orang dari Kaum Anshor. Ketika
mereka melihat Rasulullah, keduanya bergegas, maka Nabi pun berkata,
‘Kalian jangan terburu-buru, sesungguhnya dia adalah Shafiyah binti
Huyay. Maka, keduanya berkata, ‘Maha Suci Allah, wahai Rasulullah!’
Rasulullah lalu bersabda, ‘Sesungguhnya setan berjalan pada manusia
dalam aliran darah, dan Aku khawatir setan itu telah meletakan kejahatan
pada hati kalian.’” (HR. Bukhari dan Muslim) [4]
I. LANGKAH-LANGKAH SETAN DALAM MENYESATKAN MANUSIA
Dalam operasinya menjerumuskan manusia pada jurang kesesatan dan
kejahatan, setan mengunakan strategi dan langkah yang sesuai dengan
obyek yang akan disesatkannya. Apabila level manusia dari sisi
keimanannya lemah, maka strateginya berbeda dengan orang-orang yang
memiliki keimanan dan keyakinan yang tinggi kepada Allah. Untuk orang
yang memiliki keimanan dan keyakinan yang tinggi, setan akan mengunakan
metode yang jitu, dan apabila yang dihadapi setan adalah orang level
tinggi dari orang yang beriman, maka dia akan mengerahkan segala
kemampuan dan segala sarananya untuk bisa menggoda dan menyesatkan
sehingga berhasil mengalahkannya. Adapun dalil yang menjelaskan bahwa
setan memilki strategi dalam menyesatkan anak cucu Adam adalah firman
Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (al-Baqarah
(2) : 208)
Adapun langkah-langkah setan dalam menyesatkan manusia adalah sebagai berikut.
Menimbulkan rasa was-was.
Was-was adalah sebuah strategi yang dihembuskan setan pada hati
manusia, sehingga apabila sifat was-was ini menguasai hati sesorang,
maka akan lahir rasa ragu-ragu atas setiap perbuatan, perkataan,
keyakinan. Akhirnya, rasa was-was itu akan merasuk pada tingkat keimanan
kepada Allah, serta segala sesuatu yang berkaitan erat dengan keimanan
kepada Allah tersebut. Apabila was-was sudah sampai pada tingkat
tersebut, maka orang yang terjangkitnya mudah untuk tergelincir pada
kekufuran, pembangkangan, dan akhirnya jadi pengikut setan. Strategi
was-was ini Allah jelaskan dalam ayat-Nya.
“Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai)
manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan)
syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam
dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (al-Naas (114) : 1-6)
Menghilangkan ingatan (lupa).
Setan berusaha menjauhkan manusia dari Allah SWT dari semua
aktifitasnya. Salah satu cara yang paling ampuh yang dilakukan setan
adalah menghilangkan keterkaitan manusia dengan Allah dalam semua
keadaan dan situasi. Dengan demikian, rasa kebersamaan dengan Allah dan
rasa dipantau oleh-Nya lenyap dari kehidupan manusia. Karenanya, manusia
yang lupa Allah akan mudah melakukan pelanggaran, kejahatan,dan
kemaksiatan. Hal itu dikarenakan nama Allah dan keagungan-Nya hilang
dari dirinya. Hal itu merupakan ulah setan dengan cara membuat manusia
lupa.
“Dan Yusuf berkata kepada orang yang diketahuinya akan
selamat diantara mereka berdua, ”Beritahukanlah keadaanku kepada
tuanmu.” Maka, syaitan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf)
kepada tuannya. Karena itu, tetaplah dia (Yusuf) dalam penjara beberapa
tahun lamanya.” (Yusuf (12) : 42)
Dalam ayat yang lain, Allah berfirman,
“Muridnya menjawab, “Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung
di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan
itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya, kecuali
syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh
sekali.” (al-Kahfi (18) : 63)
Memanjangkan angan-angan.
Kehidupan dunia ini sangatlah pendek dan singkat. Maka, kerugian lah
bagi orang yang memperpanjang hidup ini dengan angan-angan. Karena,
dengan panjang angan-angan, seseorang akan terbuai dengan indahnya kata
seandainya. Sementara, dirinya lupa bahwa ajal selalu mengintainya.
Karenanya, sementara dirinya dalam keadaan lalai dan santai, ia tidak
akan bersegera mempersiapkan untuk menghadapi kehidupan yang lebih
menentukan dan abadi, yaitu kehidupan ukhrawi. Setan sangatlah cerdik
dan licik, ia selalu mencari kelemahan manusia, dan diantaranya adalah
suka menikmati indahnya angan-angan. Dari titik itu lah, setan
memyesatkan manusia.
“Dan aku benar-benar akan menyesatkan
mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan
menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka
benar- benar memotongnya , dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan
Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya “.Barangsiapa yang menjadikan
syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita
kerugian yang nyata.” (an-Nisaa’ (4) : 119)
Dalam ayat yang lain, Allah menjelaskan,
“Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran)
sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka
mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka.” (Muhammad
(47) : 25)
Memperindah perbuatan maksiat.
Tabiat manusia adalah sangat mencintai kehidupan dunia. Wanita, anak,
binatang ternak, emas perak, dan sebagainya adalah hal-hal yang sangat
mereka cintai. Akan tetapi, bagi Allah, kehidupan dunia yang kelihatan
gemerlap ini—yang membuat terperangah bagi siapa yang terpedaya olehnya,
tidak memiliki nilai apabila dibandingkan dengan kehidupan surgawi yang
ada di sisi-Nya di hari akhirat nanti. Namun, setan tidak rela apabila
manusia meninggalkan kehidupan dunia dan berbondong-bondong menuju
kebahagiaan yang hakiki yang ada di sisi Allah kelak. Oleh karenanya,
setan berusaha memperdaya manusia dengan cara menampilkan wajah dunia
yang mereka cintai seolah-olah dunia ini akhir segala-galanya, tidak ada
sesuatu yang lain yang seindah kehidupan dunia yang ada, dan
kegemerlapan dunia hanyalah satu-satunya tujuan hidup. Sementara itu,
mereka melupakan sebuah kehidupan yang sangat berbeda dengan kehidupan
ada. Itulah cara setan untuk menyesatkan manusia. Dalam hal ini, Allah
menjelaskan dalam kitab-Nya.
“Iblis berkata, “Ya
Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku
akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka
bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (al-Hijr (15) :
39)
Memberikan janji-janji palsu.
Apabila jiwa
manusia sudah dirasuki setan, maka dirinya akan mudah untuk melakukan
pelanggaran. Ketika dia melakukan pelanggaran tersebut, maka setan akan
kembali datang untuk mendukung perbuatan tersebut dengan membawa
janji-janji. Setan akan membisikan janji-janji itu kepada segenap pelaku
kemaksiatan. Dia akan datang kepada penjudi dengan mengatakan teruskan
perjudianmu, karena hanya dengan judi kamu bisa kaya. Setan pun akan
datang kepada peminum khamr dan mengatakan minumlah sebanyak-banyaknya
dan sesering mungkin, karena dengan hal itu kamu akan mendapatkan
ketenangan hidup. Setan juga akan datang kepada perampok, pezina,
pembunuh, dan sebagainya dengan janji palsu sebagai pembenaran dan
dukungan atas aksinya, sehingga mereka betul-betul menjadi pengikutnya
yang setia dan menjadi temannya kelak di neraka.
“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan:
“Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan
akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya.
Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar)
aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah
kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali
tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku.
Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku
(dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu
mendapat siksaan yang pedih.” (Ibrahim (14) : 22)
Membuat tipu daya.
Setan adalah makhluk jahat. Dalam melakukan aksi kejahatannya, setiap
penjahat selalu melakukan tipu daya yang licik untuk mengelabui
mangsanya. Setan memasang ranjau-ranjau tipu dayanya agar manusia
terpedaya dengannya, sehingga ia tergelincir ke dalam jebakannya.
Akhirnya, ia bertekuk lutut dihadapannya dan men jadi pengikut setia
setan, bahkan menjadi tentaranya. Jauh dari Allah serta melangar
aturan-aturan-Nya.
“Hai anak Adam, janganlah
sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah
mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya
pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya
ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu
tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan
syaitan-syaitan itu pemimpin- pemimpim bagi orang-orang yang tidak
beriman.” (al-A’raaf (7) : 27)
Menghalang-halangi manusia untuk melakukan kebajikan.
Setan sangatlah komitmen dengan tekadnya untuk menyesatkan manusia.
Seandainya dia tidak bisa menjuerumuskan manusia kejurang kenistaan dan
kemaksiatan, maka dia berusaha dengan sekuat tenaga dan strategi yang
canggih agar manusia tidak melakukan kebajikan samaa sekali. Setan
menghalangi hamba Allah untuk shalat, berdzikir, bersedekah, berjihad,
dan dari segala bentuk kebajikan yang Allah perintahkan dan anjurkan.
Sekecil apa pun kebaikan itu, setan pasti akan merintangi hamba Allah
melakukannya.
“Apabila dikatakan kepada mereka,
“Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada
hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi
(manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (an-Nisaa’ (4) :
61)
Menyulut api permusuhan.
Visi setan adalah
menjadikan seluruh anak cucu Adam pengikutnya. Maka, apabila hal itu
tidak terealisasi secara keseluruhan, perlu ada langkah agar manusia
hancur berantakan. Cara yang dilakukannya adalah mengadu domba manusia.
Langkah ini diprogram sehebat mungkin, baik personil yang memprovokasi
maupun programnya yang berbentuk fitnah-fitah, yang disebar diantara
manusia atau program-program yang lainnya yang rentan terhadap
pertikaian, seperti perjudian, program minuman keras, dan sebagainya.
Langkah setan ini Allah jelaskan dalam firman-Nya.
“Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan
perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi manusia.” (al-Israa’ (17) : 53)
9. Menyuruh manusia berbuat keji dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak ia ketahui.
Allah SWT. selalu memerintahkan manusia untuk melakukan kebaikan, dan
untuk selalu berkata berdasarkan ilmu. Akan tetapi, setan ingin
menyesatkan manusia. Maka, ia memutarbalikkan perintah Allah itu dengan
menyuruh manusia berbuat keji dan mengatakan terhadap Allah apa yang
ia tidak ketahui. Oleh karenanya, Allah mengingatkan hamba-Nya akan
langkah setan itu dengan firman-Nya.
“Sesungguhnya
syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (al-Baqarah (2) : 169)
II. AKIBAT YANG TIMBUL DARI LANGKAH-LANGKAH SETAN
Adapun akibat dari langkah-langkah setan yang bersifat terus menerus dan fariatif adalah penyesetan manusia dari jalan Allah.
“Yang dila’nati Allah dan syaitan itu mengatakan, “Saya benar- benar
akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan
(untuk saya) dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan
membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka
(memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar- benar
memotongnya , dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu
benar-benar mereka merubahnya]”. Barangsiapa yang menjadikan syaitan
menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita
kerugian yang nyata.” (an-Nisaa` (4) : 118-119 )
Apabila usaha penyesatan ini berhasil, maka ia berakibat pada penyamaran kebenaran.
“Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan
mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu
membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika
mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal
mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada
sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain?
Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan
kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka
dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa
yang kamu perbuat.” (al-Baqarah (2) : 85)
Pada saat keberadaan
kebenaran sudah disamarkan melalui aksi setan, maka pada akhirnya akan
terjadi percampuradukan antara kebenaran dan kebathilan.
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan
janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.”
(al-Baqarah (2) : 42 )
Ketika kebenaran menjadi samar—hingga terjadi percampuradukan dengan
kebathilan, maka orang yang terpedaya oleh setan tidak akan memiliki
pegangan kuat. Oleh karenanya, dia mudah untuk ditakut-takuti, sehingga
timbul ketakutan yang sifatnya syar’i kepada selain Allah. Efeknya
adalah hilang keberanian untuk mengungkapkan kebenaran dan lebih memilih
untuk menyembunyikannya. Adapun korban dari program setan yang berupa
penyesatan dan menakut-nakuti adalah pribadi-pribadi yang tidak memilki
prinsip. Sifat yang paling menonjol adalah pengecut, stagnan (jumud),
serta penakut. Apabila pribadi-pribadi tersebut bersatu, maka terbentuk
sebuah komunitas yang kita sebut partai setan (hizbusysyaithan), yang
berkarakter setan dalam segala halnya, baik pemikiran, kejiwaan,
penampilan, gagasan, keilmuan, maupun metode hidupnya. Semuanya
bersumber dari konstitusi setan.
III. SOLUSI
Allah SWT. menciptakan manusia dilengkapi dengan dua macam nafsu.
Pertama, nafsu tinggi, ia menyadarkan manusia akan kehidupan yang tinggi
atau kehidupan rohani. Kedua, nafsu rendah, ia berhubungan dengan
kehidupan jasmani. Berhubungan dengan dua nafsu itu lah, Allah SWT.
menciptakan dua makhluk, malaikat dan setan. Nafsu rendah sangat penting
bagi manusia. Akan tetapi, selama nafsu rendah itu tidak terkendalikan
dan dibiarkan berbuat semau-maunya, nafsu itu akan menjadi rintangan
bagi manusia untuk mencapai tingkat kehidupan yang tinggi. Manusia harus
mampu mengekang nafsu rendah ini. Dalam pengertian ini lah, kisah Nabi
Adam as, dituangkan dalam Al-Qur`an. Mula-mula iblis menolak untuk
bersujud, dan akhirnya ia mencoba segala macam jalan untuk menyesatkan
Adam untuk membangkitkan nafsu rendahnya. :
“yang
dila’nati Allah dan syaitan itu mengatakan : “Saya benar- benar akan
mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk
saya) dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan
membangkitkan angan-angan kosong pada mereka….” (an-Nisaa’ (4) :
118-119)
Namun, setan dapat dikalahkan dengan bantuan wahyu
Allah SWT. Barangsiapa yang mengikuti wahyu ilahi, maka ia tidak akan
merasa takut terhadap godaan setan.
“Kemudian Adam
menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Kami
berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang
petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku,
niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.” (al-Baqarah (2): 37-38)
IV. PENUTUP
Dengan kembali kepada wahyu ilahi, dengan perngertiannya yang luas,
kita memahami bahwa kebenaran yang mutlak datang dari Allah semata. Kita
mentaatinya dengan melakukan segala perintah-Nya, menjauhi
larangan-Nya, selalu meminta perlindungan-Nya, dan tidak ada yang kita
takuti, kecuali dzat Allah SWT.
Tulisan ini diambil
dari materi Kajian Tazkiyatun Nafs di Masjid Al Amanah pada Ramadhan
2010 yang dibawakan oleh tim Kajian Al Manar
[1]. Imam Ahmad. Musnad. Juz 3, hlm.483
[2] . Ibid, Juz 5 hlm. 178
[3] . Shahih Muslim. Juz 2, hlm. 632 No Hadist 2815
[4] . Al-Bukhari. Bi Hasyiyatis Sindi. Juz 1, hlm. 523. No Hadist 2038
Tidak ada komentar:
Posting Komentar