Minggu, 18 Mei 2014

Tasbih Cinta


Cinta itu indah, cinta itu tidak terlepas dari perasaan, rasa sayang, dan cinta itu sendiri. Begitu banyak cinta yang ada disekeliling kita tapi cinta yang abadi adalah cinta karena Allah. Cinta yang dipertemukan karenanya, cinta yang terjalin karena Allah bukan karena hawa nafsu. Jika memang cinta bukanlah coklat ataupun ucapan romatis tapi ijab kabul yang disaksikan oleh orang tua kita.
            Di halte bus, Fitri tampak sibuk dengan tasnya. Dia sedang mencari tasbih yang diberikan Lina tadi siang. Ketika sudah dapat tasbih itu, tiba-tiba bus yang ditunggu datang, orang-orang saling dorong untuk menaiki bus itu. Fitri yang posisi berdirinya persis berada di dekat pintu depan, terdorong hingga jatuh dan tasbih yang digenggamnya lepas dari tanganya. Fitri sudah tidak memeprdulikan lagi bus yang tadi, dia berusaha berdiri dan mencari tasbihnya. Tiba-tiba saja ada seseorang yang memberikan tasbih itu.
            “Ini tasbihnya,”  suara orang itu menghentikan pencarian Fitri.
            “Iya, terimakasih,” ucap fitri, tapi fitri tidak begitu jelas melihat wajah orang yang memebrikan tasbih itu. Yang fitri lihat hanyalah dia berlalu dan menghilang begitu saja mengikuti hilangnya asap knalpot bus tadi.
            Telepon genggam fitri bunyi, ternyata itu dari Airin, sahabatnya. Rupanay airin menenyakan fitri sedang dimana karena airin ingin main kerumah fitri.
            “fitri masih di halte nih Rin,”
            “yaudah, airin jemput aja yah, kan airin ke rumah fitri lewat halte itu,”  ajakan Airin mengakhiri pembicaraan mereka di telepon.
            Ketika sampai di rumah Fitri, Airin langsung membuka laptopnya. Fitri bergegas kedalam untuk ganti dan sholat Ashar. Selepas sholat ashar, Fitri mengampiri airin yang membuka buku tebal yang ada di samping airin.
            “tebel banget bukunya? Emang dapet tugas apa?”
            “berhubung aku berkecimpungnya di dunia sosiologi, jadi enaknya ya neliti perkembangan mental gitu, tapi amsih bingung spesifikasinya harus kaya gimana, makanya aku dateng kesini supaya bisa minta bantuan dari kamu.”
            “oh penelitian toh?”
            “iya, menurut kamu gimana?”
            “bagus kok, hmmm objeknya anak-anak yang punya semangat tinggi walaupun mereka sedang sakit parah aja, kalau mau besok aku anterin ke pantinya.”
            “besok? Kerangkanya aja aku belum buat,”
            “haduhhh, ini tugas buat kapan? Minggu depan kan?”
            “iyah, tapi kamu bantuin yah?”
            “iya, sini aku buat kerangkanya yang buat angket dan Airin buat laporannya,”
            “sip, tapi ummi kamu mana? Kok dari tadi ngak keliatan?”
            “kenapa laper yah?”
            “iya, biasanya kan kalau Airin dateng, di meja udah penuh sama makanan, hehehe...”
            “ummi lagi nengokon bibi yang lagi sakit di Depok, paling besok baru pulang,”
            “yahhh airin kelaperan dong?”
            “ikh... airin mau makan apa? Buat martabak mie aja yah?”
            “apa aja, terserah pemilik rumah, yang penting ngeyangin.”
****
            Macet selalu menjadi kawan Fitri beberapa bulan ini, setiap pulang kuliah, bus yang ditumpangi Fitri selalu penuh sesak ditambah lagi sebagian orang yang cuek dengan sekitarnya. Mereka asyik saja menghisap rokok, menambah polusi disekitar Fitri dan penumpang lainnya. Sayangnya masker yang biasa menemani Fitri, tadi pagi tertinggal. Untungnya Fitri mendapatkan tempat duduk di samping kaca jadi wajahnya dihadapkan keluar kaca. Tapi, ada hal lain yang membuat Fitri tidak nyaman, dikursi depan ada seorang pemuda yang dari tadi memandang ke Fitri.
            Bus itu berhenti didepan halte, Fitri turun dan berjalan menginggalkan bis dan asapnya. Ketika sedang membeli minuman, pundak Fitri seperti ada yang menepuk dan orang yang menepuk itu memanggil nama Fitri. Suara itu, suara seorang laki-laki, benar saja, ketika membalikan badan seorang pemuda yang di bis tadi. Pemuda yang memandang ke arah Fitri.
            “ini Fitri kan? Fitriatus syifa?”
            “iya, maaf anda siapa?”
            “ini Ganjar, Fit. Kakak kelas kamu dulu. Yang dulu ikut kamu lari duapuluh kali muterin lapangan waktu kamu telat dateng dulu, inget kan?”
            “iya aku inget, maaf kak ngak ngenalin abisnya penampilan kakak beda.”
            “kamu juga beda, udah nutup dan rapih lagi. Oya sekarang mau kemana?”
            “mau pulang kak,”
            “oh.. biar kakak anterin aja,”
            “ngak usah kak, ini juga udah lagi nunggu jemputan.”
            Beberapa menit kemudian, jemputan Fitri datang. Fitri pun berpamitan kepada kak Ganjar. Motor jemputan Fitri melaju membawa Fitri dan menghilangkan wajah Fitri dari wajah kak Ganjar dan masih terlihat hanya lambaian kerudung Fitri yang tertiup oleh angin-angin aspal jalanan.
****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar